Kamis, 26 September 2013

Pola Asuh Buruk Bisa Picu Skizofrenia

Rabu, 18 September 2013 KOMPAS.com-Buruknya pola asuh orang tua dapat menyebabkan anak rentan mengalami stres saat menginjak dewasa. Stres yang berkepanjangan dapat membuat mereka berisiko gangguan jiwa seperti skizofrenia. Anak yang terbiasa dimanja misalnya, akan terus bergantung pada kedua orangtuanya hingga dewasa. Anak dengan pola asuh dimanja tidak terbiasa hidup mandiri. Kondisi ini tentu menyulitkan ketika anak sudah beranjak dewasa. “Anak dengan pola asuh seperti ini besar kemungkinan mudah menderita stres. Stres yang terus terjadi bukan tidak mungkin menimbulkan berbagai halusinasi dan menyebabkan skizofrenia,” kata psikiater dari UGM dr. Mahar Agusno Sp.KJ (K). Pola asuh yang memanjakan, kata Mahar, tidak memberikan anak kesempatan belajar tanggung jawab. Padahal, seiring bertambahnya usia tanggung jawab anak semakin bertambah. Perlahan anak akan bertanggung jawab atas diri sendiri dan lingkungannya. Bila tidak terbiasa bertanggung jawab sejak dini, hal tersebut akan menimbulkan tekanan. “Anak harus berlajar tanggung jawab sejak dini, minimal pada apa yang dilakukannya. Tentunya beban tanggung jawab harus dipikul seiring usia,” kata Mahar. Pola asuh, kata Mahar, juga mengajarkan bagaimana anak berkomunikasi. Pola asuh yang baik akan memudahkan anak mengkomunikasikan apa yang ada di hati dan pikirannya. Pendapat anak kemudian didengarkan dan mendapat feed back dari keluarganya. Kondisi ini bisa terjadi bila anak tidak merasa tertekan dengan pola pengasuhan dari kedua orangtuanya. Hal yang sama terjadi bila anak hendak meminta sesuatu. Anak bisa mengkomunikasikan apa yang diinginkan dengan jelas dan tegas kepada orangtua. Bila tidak dituruti, anak tidak mengeluarkan reaksi berlebihan dan mau mendengarkan alasan orangtua. “Anak dengan pola asuh baik tidak tantrum bila keinginannya belum terpenuhi. Sebaliknya anak yang dengan tantrum keinginannya bisa terpenuhi, akan melakukan hal yang sama berulang kali. Ketika tantrum ada emosi yang tidak terkatakan, hal inilah yang kemungkinan memunculkan ilusi,” kata Mahar. Pola asuh yang tidak imbang antara ayah dan ibu, juga memperbesar kemungkinan anak menderita skizofrenia. Kondisi terlalu dekat atau terlalu jauh dengan salah satu, akan menghasilkan anak dengan kapasitas adaptasi yang buruk. Akibatnya anak mudah tertekan dan memicu ketidakseimbangan dopamin, yang merupakan penyebab terjadinya skizofrenia. Pola asuh yang buruk, jelas Mahar, akan menghasilkan kepercayaan diri yang rendah. Akibatnya, ketika dewasa anak lebih suka masuk ke dunia khayalan dibanding menghadapi masalah yang membebaninya. “Sedapat mungkin jadilah orangtua yang baik. Ajak anak berkomunikasi, dengar pendapatnya, dan jelaskan dengan baik kenapa dia boleh atau tidak melakukan sesuatu. Hal ini akan membantunya beradapatasi ketika dewasa dan terhindar dari skizofrenia,” kata Mahar.

Ini Tanda-tanda Anak Terkena "Bullying"

Senin, 23 September 2013 KOMPAS.com — Perilaku bullying atau penindasan terhadap orang lain kerap dialami oleh anak-anak. Perlakuan ini dapat mereka alami di lingkungan sekolah ataupun di rumah. Sayangnya, anak kerap segan membicarakannya. Padahal menurut riset University of Warwick dan Duke University Medical Centre, Amerika Serikat, anak yang terkena bullying 6 kali lebih berisiko terkena penyakit serius saat dewasa. Mereka juga lebih cenderung merokok dan menderita gangguan kejiwaan. Oleh sebab itulah, penting artinya bagi para orangtua mengenali sejak dini gejala atau tanda-tanda anak yang terkena bullying. Pencegahan dan penanganan sejak dini akan menyelamatkan mereka dari ancaman gangguan jiwa di masa dewasanya. Untuk mengenali tanda anak korban bullying, hasil penelitian yang satu ini dapat dijadikan rujukan. Riset para ahli dari University of Padua, Italia, menunjukkan, anak yang terkena bullying memiliki gejala psikosomatis yang khas. Gejala ini meliputi sakit perut, pusing, sulit bernapas, demam, dan sakit punggung. Kesimpulan ini didapat setelah mempelajari 30 riset yang mencakup 220 ribu anak dari 14 negara. Hasil riset ini menjadi kabar baik bagi orangtua dan guru, yang kerap tidak tahu anaknya tengah di-bully. "Hasil penelitian ini menganggap gejala fisik yang akhir-akhir ini dialami dan tidak bisa dijelaskan, bisa menjadi tanda bahaya bullying," kata Gianluca Gini peneliti dari University of Padua. Selain dari fisik, tanda anak yang sedang mengalami bullying juga bisa dilihat dari tingkah lakunya. Peneliti Marlene Snyder dari Clemson University, South Carolina, mengatakan, gejala fisik yang dirasakan korban bullying segera hilang saat dikatakan anak tidak perlu pergi sekolah. Synder mengatakan, tanda ini juga bisa dilihat dari tingkah laku anak lainnya, yaitu takut pada pesan SMS yang masuk, atau tersugesti lawan yang kerap mem-bully sedang duduk bersama saat makan siang. Bila tanda fisik dan tingkah laku ini diketahui, sebaiknya orangtua segera berbicara dengan anak. Bila perlu, orangtua dapat menghubungi guru di sekolah untuk mengetahui, benarkah anak menjadi korban bullying.

Anak dengan Teman Fantasi, Normalkah?

Kamis, 5 September 2013 KOMPAS.com - Saat ini, orangtua Anisa sering bingung ketika anak kesayangannya itu berbuat yang aneh-aneh. Seakan si kecil berbicara dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Anisa kadang berbicara dengan Libi, begitu nama teman fantasi atau teman khayalannya itu. Bahkan dia bisa mendiskripsikan bahwa temannya itu tidak punya rambut dan bajunya aneh. Di kesempatan lain, Anisa berbuat aneh lagi ketika dia berbicara dengan tembok. Anehnya Anisa mengatakan bahwa si Libi ternyata bisa masuk menembus tembok dan hilang tetapi tetapi bersuara dalam tembok. Seringkali sebagian klinisi menganggap hal tersebut adalah hal yang wajar bila dilihat dari segi psikologis. Tetapi pengamatan pseudosains ternyata didapatkan berbagai keunikan dan keanehan tertentu. Saat dikonsultasikan pada psikolog, hal itu merupakan kewajaran karena pengembangan imajinasi anak. Tetapi beberapa orang yang mencermati terdapat keanehan dan keunikan dalam tampilan teman fantasi tersebut. Sebagian orang yang pernah mengalami sendiri dan sering menyaksikan banyak kasus anak tersebut percaya bahwa hal tersebut adalah kemampuan lebih yang tidak dimiliki anak lainnya untuk melihat sesuatu alam lain. Kelompok orang tersebut sering disebut ilmu Pseudosains. Para ahli ilmiah sering menyebutkan alam bawah sadar, tetapi kalangan Pseudosains mengatakan bahwa hal tersebut dalam alam lain yang tidak semua orang bisa melihatnya. Menurut ilmu pseudoscientific bentuk transformasi manusia yang berevolusi memiliki kemampuan paranormal. Dalam menilai dan menginterpretasi anak yang mempunyai kelebihan atau sebagian orang menyebut indigo, sangat luas dan bias bila ditinjau dari berbagai latar belakang keilmuan. Hal ini akan terjadi perbedaan pandang, perdebatan dan kontroversi yang luas bila bidang pseudoscientific itu dibicarakan dalam bidang ilmiah. Tetapi memang fakta kehebatan anak kelompok itu ternyata ada tetapi sulit dijabarkan dalam bentuk ilmiah.enturan dengan kesepakatan/konsensus ilmiah yang umum. Pendapat Ilmiah Ketika keanehan itu dikonsultasikan kepada psikolog, dengan bahasa klasik psikolog mengatakan bahwa Anisa mempunyai teman fantasi adalah hal yang normal karena merupakan imajinasi anak. Teman khayalan adalah dianggap kewajara dalam proses tumbuh kembang anak. Bahkan menurut para pakar perkembangan anak, anak yang punya teman imajinasi bisa mengembangkan keterampilan bahasa, memiliki pikiran aktif, mampu memecahkan masalah dan mengasah kreativitas. Psikolog dan beberapa ahli lain mengatakan, teman khayalan adalah hasil kreasi anak sendiri. Si anak akan memberikan nama untuk teman imajinasinya. Bisa saja, nama tersebut akrab dengan telinga ibu, karena berasal dari tokoh cerita di buku yang sering kamu bacakan untuknya. Tapi bisa juga anak akan menciptakan nama sendiri bagi teman khayalannya. Tokoh yang diperankan anak juga bermacam-macam sehingga membuat ia kreatif menciptakan peran yang akan dimainkan. Anak prasekolah yang suka bersosialisasi senang bila punya teman, dan kalau tak ada, mereka akan menciptakannya. Hampir separuh dari semua anak di dunia ini punya teman khayalan, seiring dengan berkembangnya imajinasi dan ketertarikan mereka terhadap dunia sandiwara. Selain itu, teman bermain khayalan ini membuat anak punya tempat untuk mengeksplorasi dunia, termasuk hal-hal yang mungkin baru atau mengesalkan. Jika orang di dunia nyata si kecil bisa sakit atau sedih, begitu pun mungkin dengan si teman khayalan. Karena anak menguasai apa yang dialami oleh si teman khayalan, bila ‘si teman’ berhasil melalui suatu insiden yang menakutkan bisa membuat mereka merasa tenang. Bila teman khayalan anak Anda pergi (banyak anak bilang kalau si teman sudah pindah atau malah meninggal), teman khayalan lain mungkin akan menggantikan untuk beberapa tahun mendatang. Para ahlipun mengatakan bahwa bermain dengan teman imajinasi bisa mendukung perkembangan anak, karena ia bisa belajar tentang peran, interaksi dua arah, kekuasaan dan mengontrol emosi. Anak akan menjadikan teman imajinasinya sebagai teman bermain. Jadi, tidak heran kalau setiap kali Anda memperhatikan, anak seakan-akan bicara sendiri atau menggunakan boneka alat peraganya. Namun pada kebanyakan anak, ibu akan melihat anak bicara sendiri, seolah-olah ada teman bermain di depannya. Melalui tokoh khayalan, anak belajar untuk mengasah kosakata dan melatih anak untuk berinteraksi. Saat berinteraksi anak ditantang untuk memiliki kosakata baru karena sifatnya adalah dua arah, dimana anak harus bisa melatih dirinya agar percakapan dengan teman imajinasi berjalan lancar. Sehingga otak anak terus dirangsang untuk berpikir kreatif. Fakta Pseudosains Dalam praktik sehari-hari sebagai dokter anak, penulis banyak sekali menemukan hal demikian. Awalnya penulis percaya bahwa hal tersebut adalah merupakan teman khayalan, teman fantasi biasa atau sekedar teman imajinasi. Tetapi saat dicermati ada beberapa keanehan dan keunikan serta berbagai gangguan yang menyertai saat anak mengalami hal tersebut. Fakta unik dari pengamatan sebagian kasus itu ternyata menunjukkan sesuatu hal yang misterius. Penulis mengadakan pengamatan dan penelitian awal sekitar 35 anak yang mengalami hal tersebut. Beberapa anak yang mempunyai teman fantasi sebagain besar - bahkan hampir semuanya - mempunyai kelebihan lain yang bisa melihat alam lain yang saat ini masih dipercayai sebagian orang yang mengalami. Ternyata sekelompok anak ini sering menunjuk kesesuatu obyek seperti di atas lemari, di pintu atau di pojok dapur yang gelap dan mengatakan melihat badut, nenek berambut panjang, atau binatang naga yang berjalan di tembok. Alhasil, beberapa anak sering minta untuk menutup pintu atau gorden kamar saat berteriak ketakutan. Sebagian anak saat bermain di luat terutama menjelang malam sering menunjuk ada sosok tertentu di bawah pohon, tetapi pendampingnya keheranan tidak melihat apa-apa. Kelompok anak ini juga seringkali mempunyai keanehan saat masuk kamar hotel saat menginap di luar kota, si anak berteriak-teriak ketakutan dan selalu mengajak pulang. Ketika orangtua memaksakan masuk kamar tersenbut si anak rewel terus bahkan sering menunjuk-nunjuk ke atas tempat tidur dan tidalk mau naik ke tempat tidur semalaman. Akhirnya, sepanjang malam si buah hati dan ibunya harus tidur di lantai hotel. Saat anak di bawa ke luar kamar tampak anak tenang dan bergembira tidak ada nada ketakutan lagi. Keunikan lainnya asebagian besar kelompok anak ini mengalami ketakutan dan menutup mata saat masuk beberapa rumah orang, masuk pintu mall, masuk pintu rumah makan. Anak tersebut selalu menunjuk-nunjuk ketakutan. Sebagian tidak mengatakan apa-apa, tetapi sebagian lain mengatakan melihat sosok badut atau orang tinggi besar bermata merah. Biasanya lokasi yang ditakutiu adalah tempat yang klasik, kuno, penuh patung dan dipenuhi berbagai barang-barang antik. Kemisteriusan lainnya ternyata sebagian orang dewasa lain yang mempunyai kelebihan indera ke enam juga mengatakan bahwa melihat hal yang sama ketika anak mengalami hal yang aneh tersebut. Seorang ibu sering heran ketika beberapa minggu terakhir anak mempunyai kebiasaan meniup-niup dengkulnya dan meniup-niup teman fantasinya. Ternyata orang dewasa lain yang mempunyai kemampuan lebih juga mengatakan bahwa ternyata ada anak kecil tidak berambut yang juga sedang meniup-niup kakinya sendiri. Sebagian orangtua kadang frustasi saat anaknya mempunyai keanehan tersebut. Bahkan, si Ayah karena takutnya sering mengingatkan isterinya agar jangan sekali-sekali bercerita kepada orang lain tetntang keanehan tersebut. Sang ayah khawatir kalau saja anaknya dianggap orang lain mempunyai kelainan jiwa. Pada anak dengan teman fantasi biasanya bisa melihat tampilan sosok yang bersahabat atau yang aneh dan menakutkan. Saat wajah yang bersahabat itu bisa dilihat dan diajak berkomunikasi maka akan dianggap sebagai teman fantasi. Tetapi bila yang dilihat sosok yang menakutkan maka anak akan berlari ketakutan dan menutup matanya. Fakta unik lainnya ternyata sebagian anak yang mengalami hal tersebut juga dialami oleh salah satu orangtuanya saat kecil. Terutama yang wajah orangtuanya sama dengan anak. Bahkan ada beberapa orangtua dewasa masih mengalami hal yang sama. Ketika anaknya berbincang dengan teman fantasinya itu, dia juga melihat sosok yang sama dengan yang dilihat anak saat berkomunikasi Sebagian besar anak sekitar 80 persen anak setelah usia 5-7 tahun sudah tidak mengalami hal tersebut lagi. Tetapi sekitar 20 persen anak mengalami hal yang berkepanjangan sampai dewasa. Meski saat dewsa kemampuannya tidak sekuat seperti usia anak. Sebagian anak juga mempunyai feeling dan perasaan yang kuat sampai bisa mengatakan sesuatu kejadian yang akan terjadi. Seorang anak yang punya teman fantasi juga sering membuat keanehan pernah melihat orang bergeletakan berdarah-dareah di depan hotel JW Marriot beberapa hari sebelum kejadian bom yang diledakkan teroris di tempat itu. Beberapa anak yang mempunyai teman fantasi sering melarang ayah dan ibunya bepergian karena malamnya akan ada peristiwa hujan lebat atau banjir padahal saat itu siang hari uadara panas dan tidak mendung. Hal yang menyertai Pada sebagian besar kasus, anak dengan teman fantasi mempunyai sensitif saluran cerna. Pada bayi sebagian mengalami gastroesofageal refluks, sering muntah atau gumoh, kembung, sering cegukan, buang angin keras dan sering. Sering rewel gelisah atau kolik menangis berkepanjangan dan menangis keras melengking lebih dari 15 menit. Biasanya hal terjadi karena perutnya tidak nyaman atau sakit. Keluhan ini timbul terutama mulai sore hari hingga malam hari dan puncaknya saat dini hari atau saat subuh. Nyeri perut atau malam gelisah ini biasanya akan berkurang setelah usia 3 bulan. Pada usia anak lebih besar atau orangtua yang mempunyai wajah yang sama dan kemampuan yang sama saat kecil ternyata juga mengalami sensitif saluran cerna. Di antaranya keluhan muntah makin berkurang tetapi masih sering mengalami gampang muntah bila menangis, berlari atau makan banyak atau bila naik kendaran bermotor, pesawat atau kapal. Sering mengalami mual pagi hari bila hendak gosok gigi atau sedang disuap makanan. Sering sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering glegekan, sering kembung, sering buang angin dan buang angin bau tajam. Sering nyeri perut. Pada penderita dewasa sering megalami gejala penyakit “Maag”, dyspepsia atau Iritable Bowel Syndrome. Ternyata teori lama yang disebut teori “Gut-Brain Axis”yang masih menjadi kontroversi mungkin dapat menjelaskan ini semua. Anak-anak dengan gangguan saluran cerna sering mengakibatkan meningkatnya zat-zat mediator dalam tubuh yang dapat merangsang otak sehingga mengakibatkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan psedoscientific, tetapi juga mengakibatkan gangguan perilaku mulai ringan hingga tidak ringan. Dari penelitian awal penulis menunjukkan bahwa anak yang mempunyai teman fantasi dan memiliki gangguan saluran cerna juga mengalami hiperkenetik (anak tidak bisa diam dan sangat aktif), gangguan tidur malam, emosi tinggi dan keras kepala, gangguan konsentrasi tetapi anak sangat cerdas, gangguan motorik kasar dan gangguan perilaku lainnya. Gangguan ini biasanya sering terjadi pada anak alergi dan hipersensitif saluran cerna. Biasanya hipersensitif saluran cerna ini terjadi karena ketidak matangan saluran cerna (imaturitas saluran cerna) yang secara alamiah akan membaik setelah usia 5-7 tahun. Hal inilah yang menjelaskan mengapa berbagai gangguan pada anak tersebut akan menghilang saat anak usia din atas 5-7 tahun, Namun sebagian kecil lainnya akan menetap hingga dewasa. Anak yang mempunyai kemampuan teman fantasi dengan gangguan saluran cerna biasanya mempunyai riwayat gangguan alergi seperti alergi kulit, hidung, sebagian lain mengalami asama dan mudah terkena batuk dan pilek. Membedakan teman fantasi biasa dan pseudosains - Pada teman fantasi biasa, anak akan berbicara dan bercerita dengan memegang obyek tertentu seperti boneka, mobil atau benda lainnya. Tetapi bisa dicurigai teman fantasi pseudosains bila anak saat berbicara memandang obyek tertentu dan bermain seperti biasa tanpa memegang obyek boneka dan anak mempunyai kelebihan indera ke enam seperti yang disebut di atas. - Bila anak menyebutkan teman khayalannya itu nama tokoh supehero, tokoh komik atau tokoh film televisi maka biasanya adalah teman fantasi yang biasa. Tetapi bila si anak menyebut nama satu atau lebih nama yang disebut-sebut berulang dalam waktu yang lama maka harus dicurigai apakah teman fantasi pseudosains. Pencegahan - Pada anak yang mengalami fantasi pseudosains pendekatanmnya sulit dilakukan secara ilmiah bila tidak memahami latar belakang kejadian tersebut. Tetapi bila pseudosains dikaitkan dengan pengetahuan ilmiah akan dikaitkan dengan teori Gut Brain Axis, maka gangguan alergi dan hipersensitif saluran cerna harus dikendalikan jangan sampai menunggu usia 5-7 tahun akan membaik sendiri. - Pada anak dengan teman fantasi biasa tanpa disertai gangguan pseudosains maka dapat dilakukan dengan mengenal si teman. Anak-anak senang, kalau orang tua menaruh perhatian terhadap ciptaan mereka. Mintalah si kecil melukis temannya, atau bergabunglah dengan mereka di dalam permainan. Membiarkan anak bertanggung jawab. Anak kecil tak punya banyak kesempatan untuk mengatur dunia di sekeliling mereka, jadi jangan coba-coba bicara pada si teman khayalan, atau bilang bahwa dia duduk di samping Anda sebelum anak Anda bilang begitu. Biarkan si kecil yang berinisiatif. Mengusahakan agar tetap bisa diatur. Biarkan anak mengarahkan respons orangtua. Jika ia tidak ingin orangttua memasuki pertemanan mereka, izinkan. Jika ia ingin orangtua ikut bermain, lakukan. Sebisa mungkin, jangan menambahkan ide cerita ke dalam plot imajinasi anak agar anak tetap berada di dunia nyata sekaligus memberi kesempatan dia mengembangkan imajinasi. - Jika teman khayalan selalu menjadi kambing hitam setiap kali anak melakukan kesalahan, segera fokuskan diri untuk mengambil konsekuensi. Misalnya, ketika anak mengatakan bahwa sat teman fantasinya memecahkan vas bunga , minta anak untuk berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan seperti temannya itu. Lalu katakan, anda akan membantu dia membersihkan vas pecah berantakan yang telah ditumpahkan si teman fantasi anak. - Seiring pertambahan usia anak, kenalkan dia dengan berbagai kegiatan menarik yang bisa dia lakukan bersama teman satu kelas, kerabat, atau tetangga dekat. Dengan demikian, ia bisa merasakan kesenangan yang nyata dan perlahan ia akan meninggalkan teman khayalannya.

Mengobati Jerawat dengan Pasta Gigi

Rabu, 25 September 2013 KOMPAS.com — kecantikan dapat menunjang penampilan seseorang, maka tidak ada salahnya kalau kita merawat tubuh kita dengan baik, meski kecantikan bukanlah satu-satunya alasan untuk menilai kepribadian seseorang. oleh sebab itu kecantikan sangatlah diperlukan, terutama daerah bagian wajah. apalagi, jika wajah kita seringkali terlihat berjerawat, otomatis kitapun pasti malu bertemu dengan oranglain. saya akan mengupas beberapa hal yang berkaitan dengan wajah dan jerawat. Kecuali jika Anda merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang tidak pernah mengalami masalah jerawat pada kulit wajah Anda. Mungkin, Anda tidak pernah peduli dengan beragam perawatan kulit untuk menghilangkan noda jerawat. Namun, banyak sekali cara tradisional hingga modern yang dianjurkan untuk menghilangkan jerawat. Sebelumnya, banyak orang juga percaya, khususnya kaum wanita, bahwa menghilangkan jerawat atau noda bekas jerawat lebih ampuh menggunakan ramuan tradisional. Akan tetapi, itu semua merupakan mitos yang kerap kali ditafsirkan salah oleh kita semua. Apa saja mitos yang sering didengar mengenai cara mengatasi jerawat? Ini dia: Pasta gigi Sementara pasta gigi dapat bertindak seperti masker untuk menarik kotoran keluar dari kulit, tetapi pasta gigi juga dapat mengeringkan kulit sehingga bisa meninggalkan masalah yang lebih besar daripada sebelumnya. Yang lebih parah, jika Anda menggunakan pasta gigi gel dan ditaruhkan pada jerawat Anda, maka gel dapat menyengat dan membakar kulit Anda. Jus lemon Sifat antiseptik jus lemon dapat membantu kulit Anda bersih dari bakteri, yang dapat mengurangi jerawat. Namun, jika Anda punya kulit sensitif atau kulit Anda terkena sinar matahari, jangan pernah mengusapkan jus lemon ke wajah Anda, karena akan menyebabkan kemerahan dan ruam. Irisan tomat Jus tomat dapat memberikan vitamin A pada kulit Anda, sehingga bercahaya, tetapi tidak akan berpengaruh banyak pada jerawat. Jika Anda punya kasus ekstrem terhadap jerawat, tomat tidak akan memperparah jerawat Anda. Namun, tidak akan membantu membersihkan kulit Anda juga. "Chemical peels" Jika Anda ingin menghilangkan lapisan kulit kasar, maka chemical peels tepat untuk Anda. Akan tetapi, hal itu tidak cocok untuk membantu menghilangkan jerawat. Dengan mengelupas lapisan luar kulit, memang untuk sementara bisa menghilangkan bintik-bintik dan membuat ruang halus pada bekas luka. Namun, itu tidak akan benar-benar menyingkirkan jerawat Anda. "Eye drops" Memang benar, obat tetes mata dapat membantu mengurangi kemerahan jerawat jika digunakan sebagai pengobatan. Namun, tidak akan menghilangkan secara penuh. Obat tetes mata tidak akan benar-benar membersihkan setiap jerawat yang Anda coba untuk obati. Berjemur Meski matahari mampu mengeluarkan jerawat kering dan membantu membersihkan kulit Anda, tetapi bekas noda hitam justru akan jauh lebih buruk. Jerawat akan datang kembali, bahkan lebih agresif daripada sebelumnya. Jadi mungkin saja Anda bisa mendapatkan kulit lebih bersih selama beberapa hari, tetapi jangka panjangnya akan jauh lebih sulit untuk ditangani.

Benarkah Pria Berwajah Lebar Lebih Egois?

Senin, 23 September 2013 KOMPAS.com — Setiap perempuan pasti memiliki kriteria pria idamannya sendiri, dari tubuh, tinggi badan, sampai bentuk wajahnya. Ada perempuan yang lebih suka pria dengan wajah tirus dan kecil, dan ada juga yang suka pria dengan wajah lebar. Sayangnya, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One, Anda sebaiknya berhati-hati dengan pria yang berwajah lebar. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dari University of California, Riverside. Dalam penelitian ini mereka melakukan empat penelitian yang melibatkan 131 sampai 201 pria sebagai peserta. Untuk penelitian pertama, peneliti menemukan hubungan antara rasio lebar-tinggi wajah (fWHR) dan ketertarikan diri secara pribadi. Peserta pria pun diminta untuk melakukan tes seputar kemampuan diri dalam hubungannya dengan ekonomi dan sumber daya yang dimiliki. Mereka dikondisikan untuk membuat pilihan ekonomi yang berpengaruh dalam kehidupan mereka dan pasangan, dan sebaliknya. Hasilnya, pria yang memiliki fWHR tinggi alias berwajah lebar ini memiliki perilaku yang lebih egois terhadap pasangan mereka. Bentuk seperti apa yang termasuk kategori wajah lebar? Peneliti dari UC Riverside ini mengungkapkan bahwa wajah lebar adalah wajah yang memiliki rasio wajah vertikal (dagu ke dahi) sama dengan horizontal (telinga ke mata) itu sama panjang. "Secara khusus, pria dengan rasio wajah yang lebar adalah orang yang tidak memiliki karakteristik prososial. Dengan kata lain, mereka lebih egois karena akan mengambil keputusan yang menguntungkan diri sendiri," ungkap Profesor Michael Haselhuhn, asisten profesor manajemen di UC Riverside School of Business Administration. Dua penelitian selanjutnya, peneliti memeriksa bagaimana cara mereka mengambil keputusan dan perilaku pria berdasarkan fWHR. Hal ini pun dilakukan dengan cara yang sama. Sayangnya, hasilnya pun sama. Secara rinci, penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku egois pria yang memiliki wajah lebar dilakukan untuk mengantisipasi perilaku egois dalam diri mereka. Namun, akibatnya, mereka justru bertindak jadi lebih egois terhadap orang lain. Sifat ini juga akan membuat orang lain ikut-ikutan berperilaku egois. Dengan kata lain, pria berwajah lebar dianggap memiliki kemampuan untuk mendominasi orang lain. Penelitian ini menunjukkan hubungan antara fWHR dan perilaku laki-laki. Hal ini tak hanya dikaitkan dengan faktor biologis, tetapi juga merupakan respons sosialnya. Namun, para peneliti mengakui bahwa mereka masih belum mengetahui alasan mengapa bentuk wajah bisa memengaruhi kepribadian. Penelitian sebelumnya, Profesor Haselhuhn dan Elaine Wong juga mengungkapkan bahwa CEO dengan wajah yang lebar adalah sosok orang yang sukses secara finansial dibanding CEO berwajah sempit. Penelitian yang melibatkan 55 CEO tersukses di dunia ini membandingkan rasio wajah. Hasilnya adalah pria yang memiliki rasio lebar-tinggi yang lebih lebar cenderung untuk memimpin perusahaan berkinerja tinggi dan sukses. "Dalam sampel kami, para CEO dengan rasio wajah lebih tinggi benar-benar mencapai kinerja keuangan perusahaan secara signifikan, lebih besar daripada CEO dengan rasio wajah lebih rendah," kata Wong. Sayangnya, sekalipun lebih sukses dalam karier, pria-pria berwajah lebar ini cenderung lebih egois, agresif, tidak dapat dipercaya dan suka berbohong.

Fakta Menarik Seputar Perceraian

Rabu, 25 September 2013 KOMPAS.com — Tak ada satu pasangan pun yang menginginkan perceraian. Namun, beragam alasan seperti perselingkuhan, karier, sampai keuangan bisa membuat banyak pasangan akhirnya memilih berpisah. Namun, tahukah Anda bahwa para ahli ternyata melakukan banyak penelitian seputar perceraian ini. Berikut fakta menarik seputar perceraian. 1. Pasangan yang membagi-bagi pekerjaan rumah ternyata berpotensi lebih tinggi untuk bercerai Memisahkan tugas rumah tangga jadi penyebab perceraian? Menurut studi di Norwegia pada bulan Agustus 2012, tingkat perceraian di kalangan pasangan yang cenderung membagi-bagi pekerjaan rumah tangga ternyata 50 persen lebih tinggi dibanding hanya istri yang melakukan pekerjaannya sendirian. Jadi apakah itu berarti pasangan tidak boleh membagi tugas rumah tangganya? Tidak juga. Para peneliti mengatakan bahwa seharusnya pasangan melihat pernikahan adalah sebuah hal yang sakral dan suci dan bukan hubungan sebab akibat atau hitung-hitungan pekerjaan. Alangkah baiknya jika pasangan mengerjakan pekerjaan rumah bersama-sama dengan ikhlas. 2. Perceraian bisa jadi sudah ada di dalam gen perempuan Pada bulan Februari 2012, ilmuwan Swedia merilis sebuah studi yang menunjukkan bahwa ada susunan gen tertentu dalam diri perempuan yang menjadi penyebab mereka sulit untuk berkomitmen, atau menjaga komitmen ketika mereka sudah menikah. Peneliti menemukan bahwa perempuan memiliki variasi gen reseptor oksitosin yang dikenal dengan alel A. Gen ini memungkinkan perempuan mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dan komitmen dengan orang lain. Perempuan menikah yang memiliki gen ini, 50 persennya dilaporkan mengalami krisis perkawinan atau ancaman perceraian. 3. Hubungan dengan mertua memengaruhi kemungkinan perceraian Pada bulan November 2012, sebuah studi yang dilakukan oleh University of Michigan menemukan fakta bahwa ketika seorang suami dilaporkan memiliki hubungan dekat dengan mertuanya maka risiko perceraian akan menurun 20 persen. Di sisi lain, ketika seorang istri dilaporkan memiliki hubungan dekat dengan mertuanya maka risiko perceraiannya meningkat 20 persen. Kok bisa? Peneliti Terry Orbuch mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena perbedaan cara pandang seseorang. Seorang istri cenderung terlalu mendengarkan omongan mertuanya. Dalam artian, ketika mertuanya mengatakan berbagai hal maka hal ini dianggap sebagai masukan usil dalam rumah tangganya. Sedangkan suami cenderung tak ambil pusing dan tidak memasukkannya dalam urusan keluarganya. 4. Setelah bercerai pria lebih mungkin terlibat dengan minuman keras Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Cincinnati pada bulan Agustus 2012 mengungkapkan bahwa pria ternyata lebih berisiko minum minuman keras setelah mereka bercerai. "Pernikahan dan perceraian punya konsekuensi yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan, terutama dalam kasus alkohol," ungkap Corinne Reczek, salah satu peneliti. Sifat pria ini diperlembut dengan pernikahan dan diperparah dengan perceraian. 5.Keraguan menjelang pernikahan bisa jadi pertanda awal perceraian Jangan pernah mengabaikan hati Anda. Keragu-raguan menjelang pernikahan ini mungkin menjadi pertanda awal masa depan pernikahan Anda. Penelitian UCLA, yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology dan melibatkan 232 pengantin baru, memberikan pertanyaan tentang keraguan mereka saat akan menikah. Penelitian ini ditindaklanjuti dengan meneliti kehidupan mereka setiap enam bulan selama empat tahun pertama pernikahan mereka. Justin Lavner, salah seorang peneliti, mengungkapkan bahwa keraguan pranikah ini akan menyebabkan perceraian pada empat tahun kemudian. Hal ini terutama disebabkan oleh keragu-raguan sang istri. "19 persen perempuan yang ragu saat menikah akan menyebabkan perceraian empat tahun kemudian. Sedangkan hanya delapan persen istri yang tidak ragu menikah akhirnya memutuskan untuk bercerai," jelasnya. Keraguan suami tidak secara signifikan memprediksi perceraian. Suami yang ragu menikah akan menyebabkan perceraian sebesar 14 persen, dan yang tidak ragu hanya sembilan persen. 6. Pria yang berselingkuh berpotensi kena serangan jantung Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Florence mengungkapkan bahwa seorang pria yang berselingkuh dan melakukan hubungan seks di luar nikah lebih berisiko mengalami serangan jantung. Para peneliti menemukan bahwa perselingkuhan dikaitkan dengan risiko tinggi masalah kardiovaskular utama, termasuk serangan jantung fatal. "Seks di luar nikah ini dinilai lebih berbahaya karena adanya faktor suasana asing dan hubungan rahasia. Kedua hal ini akan meningkatkan tekanan darah dan detak jantung yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat drastis," paparnya. 7. Bercerai di usia muda bisa pengaruhi kesehatan Studi yang dilakukan Michigan State University mengungkapkan bahwa bercerai pada usia muda bisa memengaruhi faktor kesehatan Anda di kemudian hari. Sosiologis, Hui Liu, menganalisis 1.282 peserta penelitian, menganalisis perbedaan kesejahteraan antara mereka yang menikah dan bercerai. Liu menemukan bahwa orang yang bercerai di usia muda cenderung mengalami masalah kesehatan dibanding mereka yang bercerai di usia yang tak muda. Liu mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena orang yang lebih tua memiliki keterampilan lebih untuk mengatasi stres pasca-perceraian. 8. Perempuan "workaholic" berisiko lebih tinggi untuk bercerai Pada bulan November 2012, European Economic Review merilis sebuah studi yang mengungkapkan bahwa perempuan yang memiliki jam kerja tambahan 12 menit per minggunya, akan mengalami penambahan satu persen risiko gangguan pernikahan. Pemimpin penelitian, Berkay Ozcan PhD, menjelaskan bahwa jam kerja merupakan pelarian bagi perempuan ketika pernikahan mereka terganggu. Akibatnya, masalah makin menumpuk dan memicu perceraian.

Kebiasaan Berbagi Melatih Kecerdasan Emosi Anak

Kamis, 20 Januari 2011 KOMPAS.com — Tak butuh rumus yang rumit untuk mencetak anak cerdas secara emosi. Melatih anak untuk membangun kebiasaan berbagi atau menolong orang lain yang membutuhkan bisa membantunya mengembangkan empati dan kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi inilah yang menjadi penyumbang terbesar untuk mencetak anak yang sukses, bahagia, termasuk membentuk karakter kepemimpinan dalam dirinya. Psikolog Rustika Thamrin, SPsi, CHt, MTLT, menjelaskan, kecerdasan emosi memberikan kontribusi 80 persen atas kesuksesan dan kebahagiaan seseorang dalam hidupnya. "Saat anak mengembangkan empati, dengan membangun kebiasaan berbagi, ia sedang mengembangkan kercerdasan emosinya," kata pakar parenting yang akrab disapa Tika ini, setelah talkshow "Habit of Giving = Determination to Start + Consistency", yang diadakan oleh Tango bekerja sama dengan KidZania, di KidZania, Jakarta, Kamis (20/1/2011). Manfaat berbagi Kecerdasan emosi yang dikembangkan dalam diri anak, dengan melatih kepekaan dari kebiasaan berbagi, memberi manfaat positif dalam tumbuh kembang anak. Tika menyebutkan, anak yang terbiasa berbagi dan peduli kepada orang lain memiliki kemampuan komunikasi yang lebih bagus, baik verbal maupun nonverbal. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kepemimpinan yang jauh lebih baik lagi. Ketika anak memberi, kata Tika, ia sedang belajar berempati, melatih kepekaan sosial. "Saat memberi ia menempatkan dirinya pada posisi orang yang dibantu," lanjutnya. Jika karakter seperti ini sudah menjadi kebiasaan, anak akan tumbuh dengan kecerdasan emosi yang lebih matang. Kepedulian dan kepekaan anak seperti ini bisa dilatih melalui berbagai kebiasaan kecil di keluarga. Seperti yang diterapkan oleh Yeffi Rahmawati, pekerja media, bersama anaknya, Rakha. Melalui program "Toples Perubahan", Yeffi, juara kedua lomba "Sahabat Tango Spread Miracle", mengajak anaknya menabung sisa uang jajan dalam toples. Jika toples kaca sudah penuh, mereka mencari orang lain yang membutuhkan bantuan. Langkah sederhana ini terbukti memberikan dampak positif pada diri Rakha. Yeffi menceritakan, Rakha kini justru lebih sering mengingatkan orangtuanya untuk lebih sering lagi berbagi bersama orang lain yang membutuhkan. Ibu, terutamanya, memegang peran penting dalam membangun kebiasaan dan karakter ini, kata Tika. Selain itu, dibutuhkan juga kerja sama yang kompak antara ayah dan ibu sehingga anak bisa mendapatkan teladan yang baik. Bagaimanapun anak membutuhkan role model untuk menumbuhkan kepedulian dalam dirinya.

4 Cara Merespons Emosi Negatif Anak

Selasa, 29 November 2011 KOMPAS.com - Jika pola asuh tak sesuai dengan usia anak, kelewat mendikte, terlalu menuntut lebih, anak harus pintar dan sempurna, serta lainnya sejenis itu, akan membuat anak merasa tak nyaman dan emosi negatifnya semakin menjadi. Orangtua perlu mempraktikkan enam pilar pola asuh positif, salah satunya memahami emosi negatif anak. Kunci memahami emosi negatif anak adalah mendengarkan keinginan anak, karena kebutuhan anak adalah keinginan didengar, dipahami, dihargai, dilindungi, dan lain-lain. Saat anak sedang marah atau mengalami emosi negatif, orangtua sebaiknya melakukan tip di bawah ini: 1. Validasi atau pahami perasaan atau emosi negatif anak. Misal, "Ayah paham perasaanmu yang sedang sedih, coba ceritakan kepada Ayah supaya kamu lega." Dengan cara ini, anak merasa didengarkan. 2. Hindari memperbaiki perasaan anak. "Ayah tidak suka wajah kamu yang merengut. Coba lihat di cermin." Tanggapan seperti ini hanya akan memblok perkembangan emosional intellegence anak. Biarkan anak mengekspresikan emosi negatifnya, tentu dengan cara yang tidak berlebihan. 3. Berikan batasan, seperti, "Ayah paham, kamu marah. Tapi kamu harus tetap menjaga diri dengan baik. Ayah sayang kamu, Nak." Tujuannya, supaya anak tidak melakukan aksi fisik, ngamuk, melempar barang, dan sebagainya. 4. Berikan pilihan dan dukungan saat anak sudah tenang. Hindari pertanyaan, "Kenapa kamu marah?" Sebaiknya, "Ayah perhatikan, kamu sedang kesal. Ada apa, Sayang?" Pun hindari menyalahkan anak saat ia mengungkapkan kekesalannya, tapi berikan dia waktu untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya. Setelah itu, berikan dukungan kepadanya.

Perbedaan Pola Asuh Anak Lelaki dan Perempuan

Sabtu, 14 September 2013 KOMPAS.com — Jenis kelamin anak-anak memainkan peran penting dalam pola mengasuh anak. Jika Anda memiliki sepasang anak putra dan putri, penting untuk mengetahui pentingnya jender dalam pengasuhan. Ini karena anak lelaki dan perempuan berbeda dalam sikap, minat, dan pola pikir. Sebagai orangtua, penting untuk memahami perbedaan tersebut, bukannya mencoba untuk menerapkan aturan yang sama guna membesarkan anak-anak Anda. Ada beberapa cara dalam membesarkan anak-anak Anda sesuai dengan jenis kelamin dan usia mereka. Karena, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Anda. Lihat minat mereka Liat minat dan ketertarikan masing-masing anak Anda, dan berikan mereka sesuai dengan kebutuhannya. Anak lelaki pada umumnya lebih tertarik pada kegiatan yang bersifat fisik, sementara anak perempuan menyukai kegiatan yang membutuhkan ketekunan. Umur Pola pikir anak lelaki dan anak perempuan berbeda. Menerapkan teknik pengasuhan yang sama untuk kedua putra dan putri adalah ide yang salah. Bila Anda menerapkan sesuatu yang bekerja pada putri berusia enam tahun, mungkin cara yang sama tidak akan berhasil pada anak lelaki Anda ketika dia berusia enam tahun. Kegiatan fisik Dalam hal aktivitas fisik, anak lelaki memiliki minat terhadap jenis permainan dan olahraga yang berbeda pula. Anak lelaki umumnya lebih tertarik pada olahraga yang menguji ketangkasan, sementara anak perempuan ingin terlibat pada permainan yang aman. Perilaku Pernahkah Anda terkejut melihat bahwa sebagian besar teknik pengasuhan yang Anda lakukan berhasil pada anak perempuan Anda, tetapi tidak pada si jagoan? Hal ini karena perbedaan dalam perilaku mereka. Jangan berharap anak lelaki bereaksi dengan cara yang lembut seperti putri Anda. Meski begitu Anda juga tidak boleh melarang anak laki-laki untuk menangis atau memakai pakaian berwarna ceria. Sebaliknya, jangan paksa anak perempuan harus selalu menurut atau melarangnya bermain di luar rumah. Bagaimana pun orangtua harus tetap bisa bersikap fleksibel. Perkembangan biologis Anak laki-laki dan perempuan berbeda dalam perkembangan mental dan fisik berbeda. Sebagai orangtua, Anda harus mengajarkan pendidikan biologis yang tepat guna membantu anak memahami perubahan dalam tubuh mereka sesuai dengan jenis kelamin masing-masing. Kedekatan Banyak yang mengatakan bahwa anak laki-laki lebih dekat dengan ibu mereka dan anak perempuan lebih dekat dengan ayah. Kondisi ini bisa berubah saat mereka menjadi remaja, untuk itu Anda sebagai orangtua harus siap menerima perubahan ini dan tidak menetapkannya kembali seperti waktu mereka kecil. Kegemaran Meskipun hal ini tidak begitu umum, kesukaan atau kegemaran mereka menjadi salah satu tantangan utama bagi orangtua yang memiliki sepasang anak lelaki dan perempuan. Penuhi kebutuhan yang sesuai dengan kesukaan mereka.

Jangan Terpancing Saat Anak Bicara Kasar

Kamis, 26 September 2013 Kompas.com - Mengawasi anak yang suka mengumpat, berkata kasar, atau ngomong jorok, seringkali menjadi masalah yang sangat sulit dihadapi para orangtua. Di sisi lain, mereka juga harus berjaga-jaga agar jangan “jatuh” pada kesalahan yang sama, agar anak tidak menganggap mereka munafik. Amy McCready, seorang pendidik, pengasuh anak, dan penulis buku If I Have To Tell You One More Time… The Revolutionary Program To Get Kids To Listen Without Nagging, Reminding, or Yelling , mengaku sudah pernah mengalami “dilema” dalam pola pengasuhan seperti ini. Pendiri Positive Parenting Solutions ini menawarkan beberapa tips bagi orangtua untuk mengatasinya. 1. Jangan bereaksi berlebihan! Kadang anak-anak sengaja menggunakan bahasa yang kasar untuk memancing amarah dan menunjukkan kalau ia punya kuasa atas dirinya dan Anda. Jika Anda marah, itu pertanda ia menang dan berkuasa atas Anda. Kemungkinan besar, ia akan menggunakan kata-kata itu lagi di waktu lain. 2. Ketika anak mengucapkan kata-kata kotor, semakin jelaslah bagi Anda kata mana yang boleh dan tidak boleh dalam keluarga Anda. "Anda bisa saja mendengar anak-anak lain mengatakan kata itu, tapi tidak dalam keluarga kami," katanya. 3. Ketika anak bersumpah, coba cari tahu dari mana kata itu berasal. Apakah mereka memang mengerti maknanya atau sekadar ingin bertindak dingin? Apakah saat itu mereka sedang berusaha mengekspresikan kemarahannya? 4. Tentukan apa yang akan Anda lakukan. Anda tentu tidak dapat membuat anak serta merta berhenti bicara kotor. Sebaliknya, putuskan apa yang akan Anda lakukan ketika mendengar bahasa yang kasar. Katakan pada anak, ketika Anda mendengar bahasa yang tidak sopan, Anda akan meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meninggalkannya tanpa kata-kata bukan berarti membiarkan ia bebas menggunakan kata-kata kotor, tapi menunjukkan sikap, “Ibu layak diperlakukan dengan hormat, dan ibu memilih untuk tidak mendengarkan pembicaraan ‘sampah’ itu.”

Sediakan Waktu 10 Menit demi Kecerdasan Anak

Rabu, 11 September 2013 KOMPAS.com — Salah satu fase paling membahagiakan bagi orangtua ialah ketika sang buah hati mulai masuk sekolah. Pada fase ini, orangtua harus menyikapinya dengan hati-hati. Meskipun baru pada tahapan pertama sekolah, bukan berarti ia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah. Justru sebaliknya, di sinilah tugas Anda untuk mendampingi anak agar tidak berat menjalaninya. Amy Murray, Kepala Sekolah Early Childhood Education, mengatakan, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa pada tahun sekolah dasar, satu-satunya pekerjaan rumah yang membawa manfaat bagi anak-anak adalah membaca secara rutin di rumah. "Anak-anak bekerja keras sepanjang hari di sekolah. Nah, saat di rumah, mereka harus memiliki waktu untuk bersantai dan berkomunikasi kembali dengan keluarga mereka. Tumpukan pekerjaan rumah atau tugas sekolah pada awal tahun ajaran hanya akan membunuh rasa cinta anak terhadap belajar dan antusiasme terhadap sekolah," lanjutnya. Bahkan, penelitian yang pernah dipublikasikan dalam New York Times mengungkapkan, waktu yang dianjurkan untuk mengerjakan tugas sekolah bagi anak pada tahun pertama sekolah hanya 10 menit. "Aturan 10 menit untuk belajar di rumah sangat efektif dan menunjukkan hubungan antara berapa banyak mereka mengerjakan tugas sekolah serta bagaimana mereka akan merasakannya," ujar Dr Harris Cooper dari Duke University pada penelitiannya itu. Menurut sebuah penelitian di Inggris, rata-rata anak "menguras otak" atau berpikir selama 54 jam setiap minggunya. Rata-rata anak menghabiskan waktunya sebanyak 32 jam setengah di sekolah, tujuh jam setengah untuk mengerjakan tugas sekolah, dua jam setengah untuk kegiatan ekstrakulikuler atau les, dan 12 jam untuk membaca buku atau belajar bersama orangtua mereka. Agar anak Anda tidak merasa tertekan dalam melakukan tugas sekolahnya, Anda dapat melatihnya dengan cara yang lebih santai dan menarik. Berikut caranya. Pilih buku bacaan dengan karakter idola mereka Coba ajak anak untuk membaca buku yang memiliki karakter idola mereka. Dipastikan, keinginan untuk belajar akan terangsang dan ia tidak cepat bosan. Setelah ia tampak menguasai buku tersebut, coba minta dirinya untuk mengulang kembali cerita yang ada di dalam buku tersebut. Alihkan ke buku komik Menggunakan buku komik dapat menjadi salah satu senjata untuk anak agar tertarik untuk membaca. "Doronglah minat baca anak dengan memberikan buku-buku pengetahuan yang menyajikan gambar menarik bagi anak. Kini, telah banyak penerbit menerapkan metode ini, yaitu menawarkan buku pendidikan anak, tetapi dikemas seperti komik. Dengan begitu, proses pembelajaran akan terasa lebih menarik, dibandingkan menggunakan buku sastra lainnya," kata ahli literatur anak-anak, Carol Tilley, profesor di University of Illinois. Gunakan aplikasi di "smartphone" Anda Balita zaman sekarang adalah generasi mawas teknologi. Melihat fenomena ini, orangtua harus waspada sebab bisa jadi anak menjadi tidak fokus pada pendidikan karena asyik bermain gadget. Maka dari itu, Anda harus pintar pilih aplikasi yang sesuai usia dan kebutuhan anak Anda. Sekarang sudah banyak smartphone yang menyediakan aplikasi yang mendukung perkembangan kecerdasan anak.

Ternyata Perempuan Lebih Tahan Stres!

Minggu, 22 September 2013 KOMPAS.com — Selama ini Anda mungkin berpikir bahwa perempuan yang dikenal punya perasaan yang halus dan pemikir adalah sosok yang lebih mudah stres. Sedangkan pria yang dikenal cuek dan kurang sensitif dianggap lebih santai sehingga tak mudah stres. Ternyata anggapan ini salah besar. Melalui penelitian yang dilakukan di University of Buffalo ternyata membuktikan bahwa perempuan lebih mampu mengendalikan stres dibanding laki-laki. Kemampuan perempuan untuk mengendalikan stres ini ternyata disebabkan oleh tingginya hormon estrogen di tubuh. Hormon ini memblokir efek negatif dari stres di otak. Subyek penelitian ini diberikan berbagai pengalaman dan perlakuan yang sering dialami sehari-hari dan menyebabkan frustrasi. Dr Zhen Yan, pemimpin penelitian, mengungkapkan bahwa ternyata perempuan memiliki kemampuan mengenali obyek yang telah ditunjukkan sebelumnya. Sedangkan pria harus berjuang dengan memori jangka pendek mereka. Ketidakmampuan untuk mengingat sebuah obyek ini menunjukkan gangguan di bagian otak yang mengontrol memori kerja, perhatian, pengambilan keputusan, dan proses kerja otak lainnya. "Studi sebelumnya telah menemukan bahwa perempuan lebih tahan terhadap stres dan sekarang ini sudah diketahui penyebabnya. Dan ini benar-benar dipengaruhi oleh spesifik molekular sesuai jenis kelamin," jelas Yan. Ia menambahkan bahwa ketika sinyal estrogen di otak ini dihambat, maka tingkat stres akan jadi semakin tinggi. Peneliti menemukan bahwa tingkat enzim yang terkait dengan produksi estrogen yang dikenal sebagai aromatase inilah yang bertanggung jawab untuk ketahanan stres pada perempuan.

7 Tipe Orang yang Tidak Akan Pernah Sukses

Rabu, 25 September 2013 KOMPAS.com — Setiap orang pasti ingin sukses dalam setiap pekerjaan yang dilakukannya. Namun percayalah kalau sifat dan kepribadian Anda sendiri akan memengaruhi kesuksesan dalam bekerja. Dalam hubungan kedua hal ini, ada tujuh kepribadian orang yang dinilai tidak akan pernah sukses dalam pekerjaannya. 1. Orang yang mudah tertipu Percaya pada perusahaan itu boleh-boleh saja, tapi hati-hati jangan terlalu mudah percaya pada semua hal. Ketika pimpinan kantor mengatakan sesuatu yang mungkin Anda sendiri tahu bahwa alasan ini sangat dibuat-buat maka ada baiknya untuk tidak diam saja dan menerimanya. Misalnya, "Anda tidak mendapatkan promosi di tahun ini, tapi pasti di tahun depan." Anda boleh saja kok untuk sedikit bernegosiasi dengan hal ini. Ibaratnya, sama seperti saat Anda membeli mobil tanpa menawar. Jika Anda berusaha untuk keluar dari dealer maka si penjual pasti memberi diskon untuk Anda. Dalam pekerjaan hal ini juga berlaku. Dengan berbagai ucapan ini, perusahaan sebenarnya ingin bernegosiasi dengan Anda. Tujuannya adalah mereka ingin mendorong Anda untuk bekerja lebih baik dan membuat Anda bertahan di perusahaan tersebut, tapi di sisi lain mereka ingin menghemat uang perusahaan, menahan kenaikan gaji, promosi jabatan. Kalau sudah begini, jangan hanya menerimanya saja, Anda harus memperjuangkan hak Anda. 2. Groupthinker Groupthinker atau para pemikir kolot yang berkelompok adalah masalah psikologis yang merajalela di tempat kerja. Semakin lama Anda bekerja di sebuah perusahaan maka populasinya akan semakin besar. Akhirnya terbentuk kumpulan karyawan senior yang kurang mawas dengan perkembangan di luar. Orang-orang ini adalah alasan mengapa banyak hal di kantor tidak diperbarui, seperti misalnya; teknologi kantor, kebijakan yang sudah ketinggalan zaman, atau hal-hal lainnya di kantor yang tidak diperbarui. Dalam tim kerja kolot ini Anda akan selalu mendengar kalimat "Kamu tidak bisa melakukan itu, karena kami tidak terbiasa melakukannya dan ini tidak seperti yang biasanya selalu dilakukan di kantor!" Sangat mudah melihat tipe orang seperti ini, terutama jika Anda adalah orang baru di kantor. Groupthinker ini biasanya duduk bergerombol bersama-sama dan ngobrol serta mengungkapkan hal-hal aneh, dan selalu mengeluh setiap ada tugas atau hal baru yang diterapkan di kantor. Kalau menemukan hal seperti ini, sebaiknya Anda hindari dan jangan bergabung dengan kelompok ini. Kelompok ini akan mengganggu karier dan membuat Anda justru jadi bodoh. 3. Orang yang terlalu takut Seperti biasa, orang akan melakukan hal konyol ketika mereka takut. Orang-orang seperti inilah yang akan menyebabkan masalah serius di tempat kerja. Misalnya ketika mereka takut dipecat, maka ketika kantor menemukan sebuah kesalahan dalam pekerjaan tim, jangan kaget kalau ia akan menumpukan semua kesalahan pada Anda. Orang seperti ini akan selalu mencari aman untuk posisinya sendiri sekalipun mereka harus mengorbankan Anda. 4. Orang yang apatis Sesekali mengambil cuti kerja tentu tak masalah. Namun, tak dimungkiri kalau ada saja teman kerja yang sirik dengan masa cuti Anda ini. Apalagi kalau dia tahu-tahu selalu menghubungi Anda untuk masalah pekerjaan atau justru malah menyindir Anda karena bersenang-senang, sementara mereka harus bekerja keras saat Anda cuti. Menyebalkan pasti! Tak cuma itu saja, orang apatis juga sering menunjukkan sikap egois. Anda mungkin pernah menjadi korban si apatis saat bekerja. Salah satunya mungkin dengan kalimat "Kamu lembur yah, tolong kerjakan yang ini soalnya saya harus pulang cepat anak-anak sudah menunggu." Apa maksudnya sih? setiap orang kan juga punya urusan, tetapi enggak begini juga caranya. Tak ada salahnya sesekali mengasihani orang-orang seperti ini, tapi usahakan agar Anda tak jadi rekan kerja yang apatis juga. 5. Si pecundang yang selalu berpikir negatif Setiap kali Anda berhasil dalam pekerjaan atau mendapatkan pujian dari si bos, pasti ada saja rekan kerja yang sirik dengan hal ini. Seorang pecundang akan berpikir bahwa Anda bisa mendapatkannya dengan cara yang tidak baik, atau karena adanya dukungan dari seseorang yang punya posisi kuat, atau buruknya, ia berpikir ini hanya keberuntungan semata. Anda memang tak bisa menghentikan atau mengubah pikiran orang-orang seperti ini. Satu-satunya melawan si pecundang adalah dengan memberinya berbagai kejutan dengan keberhasilan Anda yang terbaik setiap waktu. Ini akan menghilangkan si pecundang, satu per satu sekaligus meningkatkan nilai di mata bos dan meningkatkan penghargaan kepada diri sendiri. 6. Si biang gosip Kalau bertemu tipe teman kantor seperti ini pasti ujung-ujungnya bergosip dan ngomongin orang. Ada gosip ringan dan ada juga gosip yang sudah menjurus ke arah bahaya. Jika Anda berusaha untuk masuk ke dalam kelompok yang seperti ini, maka dijamin karier pasti kacau. 7. Orang yang gemar minta maaf Salahkah minta maaf? Tentu tidak salah selama Anda memang benar-benar sudah melakukan sesuatu yang salah. Namun ketika tak melakukan kesalahan apa gunanya minta maaf? Mungkin Anda sering mendengar atau justru sering melakukannya permintaan maaf tanpa kesalahan ini. Misalnya, "Maaf ya kalau presentasi saya kurang bagus," "Maaf ya kalau pekerjaan saya kurang bagus," "Maaf ya kalau website saya jelek," dan lain-lainnya. Kata-kata maaf di kalimat ini tidak salah karena Anda tak bermaksud untuk sombong (sekalipun pekerjaan Anda sangat bagus). Sebaliknya, justru kalimat ini menunjukkan kepercayaan diri yang sangat rendah. Yang harus dilakukan adalah jadi lebih percaya diri, tetapi tidak sombong.

Minggu, 22 September 2013

SEPUTAR PSIKOLOGI

Sebenarnya masih banyak yang bingung atau belum pada tahu tentang seputar psikologi ?! pernah ada yang tanya sama saya, nanti jadi apa ya klo ambil jurusan psikologi? psikologi itu paranormal ya? dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya. hadew.... psikologi itu bukan paranormal. psikolog (panggilan untuk yang telah lulus profesi psikologi)juga hanya manusia biasa yang mempunyai berbagai macam masalah, hanya saja psikolog telah belajar bagaimana cara mengatasi/menghadapi masalah dengan baik. biasanya bagi S1 yang bukan jurusan Psikologi, akan tetapi akan mengambil S2 jurusan psikologi, hal ini boleh atau sah-sah saja, hanya saja nanti tidak bisa mengambil jurusan Profesi psikologi dan menjadi Psikolog, tapi akan mendapat gelar M.Si. sedangkan untuk jurusan Profesi Psikolog, hanya diperbolehkan bagi lulusan S1 psikologi. sekian sekilas info dari saya, semoga bermanfaat.

PERSIAPAN DAFTAR S2 PROFESI PSIKOLOGI

   mungkin ada teman-teman yang ingin melanjutkan studi S2 Psikologi, tapi belum tahu apa aja sih yang harus dipersiapkan?!  saya punya beberapa info nie yaitu: 1. masing-masing perguruan tinggi mempunyai peraturan yang berbeda, oleh karena itu cari info terlebih dahulu tentang perguruan tinggi yang sesuai dengan jurusan yang akan kita ambil (ex; psikologi). 2. persiapkan persyaratan-persyaratan masuk S2 yang telah ditentukan oleh pihak perguruan tinggi tersebut. 3. persiapkan budget (biaya untuk kuliah). 4. persiapkan kesehatan diri untuk menghadapi tes masuk, agar pada saat tes kondisi tubuh prima. 5. persiapan belajar yang matang, sehingga pada saat tes dapat menjawab soal-soal yang diberikan dengan mudah. 6. persiapkan diri untuk menghadapi tes masuk diantaranya ialah; tes TOEFL, TPA (Tes Potensi Akademik), tes assesment dan intervensi psikologi, tes kekhususan (tes Papi kostik, tes DAM, tes BAUM), wawancara. selamat mencoba, semoga sukses ya!