Kamis, 26 Agustus 2010

Jangan Panik jika Anak Demam

Rabu, 18/8/2010

KOMPAS.com
Ukur suhunya jika anak demam lalu kompreslah, bukan langsung diberi obat.Demam tinggi pada anak memang berisiko kejang. Namun, jangan panik dulu jika mendapati anak demam. Dengan bersikap lebih tenang, orangtua bisa membantu anak melewati demam tinggi dan menormalkan suhu badannya kembali.

"Pertama kali yang harus dilakukan orangtua adalah tidak panik, lalu ukur suhu anak dan lakukan kompres untuk menurunkan suhu tinggi," papar Shanti, perawat dari divisi training RS Mitra Kemayoran, dalam talkshow Ibu dan Bayi di Balai Kartini beberapa waktu lalu.

Dengan kondisi ibu atau ayah lebih tenang, langkah selanjutnya dalam mengatasi anak demam adalah dengan mengukur suhu tubuh menggunakan termometer. Alat pengukur suhu ini sebaiknya melengkapi obat-obatan di rumah. Cara tradisional mengukur suhu tubuh agar tahu anak demam atau tidak adalah dengan menggunakan tangan.

"Gunakan bagian punggung tangan, bukan telapak tangan, dan tempelkan di bagian tubuh anak untuk mengetahui suhu anak tinggi atau tidak," papar Shanti.

Selanjutnya, kompres tubuh anak dengan waslap yang dibasahi air hangat seperti suhu ruang. Panas dari tubuh anak akan terserap oleh waslap. Menurut Shanti, sebaiknya jangan basahi waslap dengan air dingin, tetapi air hangat. Lalu biarkan beberapa saat hingga mengering, setelah itu basahi lagi.

"Karenanya, saat anak demam, pastikan orangtua menemani anak dan berulang kali mengganti kompres hingga demam turun," katanya.

Kompres ini bisa diletakkan di bagian tubuh tertentu di bagian yang terdapat pembuluh darah, seperti dahi, leher, ketiak, atau lipatan paha. Pada bagian tubuh inilah kompres bisa bekerja maksimal menurunkan suhu tubuh. Langkah ini merupakan pertolongan pertama bagi anak saat demam yang bisa dilakukan oleh orangtua saat di rumah.

Tujuh Langkah Membuat Si Kecil Lebih Cerdas

Senin, 23/8/2010

KOMPAS.com
Berjalan kaki bersama anak, sambil mengenalkannya pada aroma bunga dan rumput akan membantu si anak mengenal dan melatih menggunakan inderanya. Sejak kelahirannya, sensori anak sudah seperti spons. Mencoba memahami dunia lewat 5 inderanya; penglihatan, penciuman, peraba, pendengaran, dan perasa. Kualitas dari pengalaman ini akan makin dalam efeknya seiring perkembangan otak si bayi. Namun, sebagian orangtua berpendapat bahwa mainan mahal dan rumit akan membantu perkembangan otak bayi yang optimal. Padahal, interaksi sederhana, konsisten, namun mengajaknya berpikir akan membantu indera dan pikirannya.

Joshua Sparrow, MD, profesor psikiater di Harvard Medical School dan penulis Touchpoints-Birth to Three, merekomendasikan para orangtua membantu anak-anaknya menelusuri dunia melalui inderanya. Ketimbang membelikan si kecil mainan yang mahal tetapi hanya berfungsi satu arah saja untuk si anak, ajak ia berkelana mengenal dunia dengan tindakan sederhana seperti berikut:

1. Jalan Kaki Bersama Anak
Untuk kebanyakan ibu, berjalan kaki adalah cara yang menyenangkan untuk menenangkan si bayi dan cara yang mudah untuk mengembalikan bentuk tubuh usai melahirkan. Selain itu, berjalan kaki ternyata juga bisa membantu si kecil menggunakan inderanya. Misal, jika Anda berhenti sejenak untuk mencium aroma bunga mawar di pinggir jalan, bayi Anda tak hanya akan mengerti bahwa bunga memiliki aroma, tetapi juga bisa menyentuh kelopak bunga tersebut (hati-hati durinya), melihat warna cantiknya, dan mendengar penjelasan Anda.

2. Merapikan Baju
Merapikan baju untuk orang dewasa mungkin akan menjadi hal menjemukan, sebaliknya untuk anak-anak, hal tersebut akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Misal, Anda dan si kecil sedang mengangkat dan melipat baju dari jemuran. Anda bisa tanyakan kepada anak balita Anda, "Handuknya harum, ya? Atau, baju piyama kamu harum, ya? Atau, terasa lembut ya, pakaian Mama?"

3. Rutinitas Pagi yang Berarti
Menyuapkan makanan atau membantu si anak memakai baju adalah kegiatan yang menggunakan kelima indera si kecil. Anda bisa tambahkan percakapan saat melakukan ritual harian ini. Anda bisa tanyakan kaus berwarna apa hari ini, jika ia bilang ingin minum jus apel atau susu hari ini, tanyakan mengapa. Atau, tanyakan beda rasa kain yang ia kenakan hari ini. Komentar-komentar yang berdatangan saat ia makan, memakai baju, berbelanja, menyetir, dan hal-hal rutin lainnya yang menjadi bagian keseharian adalah cara yang baik untuk mengajak si kecil menggunakan kelima inderanya. Hal ini juga akan membentu membangun kemampuan berbicara dan keterikatan interpersonal.

4. Berakting
Memang, saat anak beranjak besar, kita tak perlu mencoba untuk melakukan aksi berakting di depannya setiap saat. Anda tak perlu lagi melakukan permainan ci luk ba setiap saat seperti ketika ia masih beberapa bulan. Tetapi, Anda bisa mencoba membuat semacam teater musikal orangtua-anak. Idenya adalah untuk berfokus pada aktivitas yang menyangkut hubungan dengan orang lain sebagai sumber stimulasi. Suara Anda bisa menjadi hal yang sangat menghibur bagi bayi Anda ketimbang suara robot dari mobil-mobilan. Plus, dari segi visual, akting Anda bisa membuatnya amat tertarik. Pikirkan diri Anda sebagai mainan yang sangat bagus, Anda bisa menjadi boneka lucu, menenangkan, cepat, berisik, tak bersuara, dan lainnya, sesuai dengan respon dari wajah serta tubuh si anak.

5. TV? Boleh, kok
Adalah hal yang wajar ketika orangtua butuh waktu untuk mengurus dirinya sendiri atau hal lainnya. Anda tak perlu merasa bersalah jika Anda memberikan waktu si anak untuk menonton televisi selama setengah jam sehari. Asalkan dalam waktu yang masuk akal dan bisa ditolerir, tak masalah untuk si kecil menonton televisi. Namun, perlu diingat, bahwa makin lama ia duduk di depan televisi, makin lama ia tertahan untuk tidak berinteraksi dengan manusia lain, Anda, dan dunia realitas.

6. Perlahan Saja
Setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda-beda. Setiap anak itu unik. Asalkan ia tidak dibiarkan berkembang sendiri, anak bisa berkembang. Untuk setiap perkembangan sensori dan motorik anak, jangan terburu-buru. Perlu diingat pula, bahwa setiap anak memiliki keunikan tersendiri. Belum lagi ada pula kemungkinan hambatan pada anak. Gejala awal bahwa si kecil memiliki hambatan antara lain; kesulitan untuk mengikuti obyek yang bergerak dengan matanya saat ia memasuki usia 4 bulan, menolak untuk dipeluk, atau respon yang kurang cepat saat ada suara kencang atau panggilan Anda. Untuk kasus-kasus seperti ini, coba konsultasikan dengan dokter anak secepatnya.

7. Jangan Berlebihan
Ketika mencoba membantu anak untuk mengeksplorasi lingkungannya, entah itu dengan jalan-jalan, berbincang, atau lewat mainan tertentu, Anda ingin mencoba memberikan secukupnya, jangan berlebihan. Supaya si kecil terhindar dari overstimulasi, cobalah untuk berfokus pada interaksi natural dan mainan yang sederhana, seperti blok kayu, ujar pendiri Explorations Early Learning, LLC, Jeff Johnson. "Sejujurnya, menurut saya, kebanyakan kamar anak dihiasi dengan begitu banyak mainan, warna, dan stimulasi yang berlebihan sehingga si anak akan menjadi kesulitan untuk memilih mainan yang ingin difokuskan," tambahnya.

7 Cara Mengubah Perilaku Anak

Selasa, 24/8/2010

KOMPAS.com - Kegagalan membuat anak mematuhi perintah sering memaksa Anda untuk menggunakan teriakan atau cara kekerasan lain. Sebagian orangtua mungkin merasa sedikit stres saat mengasuh anak. Anak-anak zaman sekarang lebih pintar, begitu mungkin kata Anda, sehingga selalu punya alasan untuk tidak mematuhi peraturan. Mereka selalu tahu bagaimana membantah ucapan Anda.

Hal ini membuat Anda khawatir anak-anak tidak merespons apapun yang Anda minta. Bila sudah merasa gagal meminta anak melakukan apa yang Anda mau, Anda pun langsung balik merespons dalam bentuk bentakan, pendek kata yang bisa menunjukkan power Anda sebagai orangtua. Anda berusaha mengembangkan pola pengasuhan yang berbeda, namun tetap tak ada hasilnya. Maklum, sikap membangkang anak-anak itu sudah terbentuk sejak lama sehingga sulit untuk diubah.

Benarkah sudah terlambat untuk mengubah cara mengasuh anak-anak ketika karakter mereka sudah terbentuk? Menurut James Lehman, terapi perilaku anak-anak, tidak ada kata atau terlambat untuk mengubahnya. Mungkin memang tidak gampang, tetapi ada cara efektif yang bisa mulai Anda lakukan untuk mengubah cara Anda merespons dan memperbaiki perilaku anak-anak.

1. Tentukan hal yang dapat Anda lakukan lebih dulu. Salah satu hal yang menghambat adalah ketika Anda tidak mengetahui harus mulai dari mana. Namun, mulailah dari hal-hal sederhana yang menempatkan anak dalam kondisi berisiko secara emosional maupun fisik. Misalnya, ketika anak menciderai anak tetangga, merusak mainannya, atau nekad menyeberang jalan. Tentu Anda tidak dapat mengubah semuanya sekaligus. Anda harus mulai membicarakan tentang nilai-nilai dan moral kepada anak-anak, hal-hal yang membahayakan dirinya dan anak-anak lain.

2. Mulailah satu-persatu. Ketika anak merasa kesal lalu masuk ke kamar dan membanting pintunya sambil membentak Anda, lakukan satu hal yang ingin Anda ubah pertama kali. Anda bisa menegurnya dengan mengatakan, "Jangan menyumpah, itu tidak sopan dan tidak menyelesaikan masalah. Lagipula, kamu bikin Ibu sedih. Bisa enggak lain kali kamu tidak menyumpah ketika sedang kesal?" Lalu, berikan pilihan mengenai apa yang harus dilakukannya. Misalnya, masuk ke dalam kamar supaya bisa menenangkan diri. Setelah urusan menyumpah itu selesai, Anda bisa menuju ke persoalan lainnya. Ubahlah satu demi satu perilaku yang Anda rasa salah. Jangan mencoba untuk mengatasi semuanya sekaligus.

3. Jelaskan perubahan yang Anda inginkan. Jika Anda akan melakukan pendekatan baru saat menghadapi perilaku anak yang salah, ada baiknya apabila Anda menjelaskan alasannya kepada si buah hati. Mungkin hal tersebut akan membuat anak Anda marah dan frustrasi. Namun jangan biarkan kemarahan tersebut dijadikan anak untuk berargumentasi dengan Anda. Katakan bahwa Anda mengerti bahwa ia kesal, namun minta ia untuk bekerja sama sebagai sebuah keluarga. Disarankan juga agar Anda tidak berbicara panjang-lebar, tidak spesifik, dan tidak terfokus, agar anak lebih mudah menerima atau memahami apa yang Anda inginkan.

4. Katakan kepada anak tujuan Anda mengubah peraturan. Dengan mengatakan tujuan yang diharapkan, Anda memberikan kepercayaan kepada buah hati Anda untuk membantu mewujudkan perubahan tersebut. Sangat penting untuk menyadari bahwa apa yang keluar dari mulut Anda tidak selalu dipahami anak seperti yang Anda inginkan. Ketika anak tidak mengerti apa yang Anda bicarakan, mereka dapat menjadi frustrasi, khawatir, dan marah, meskipun mungkin mereka mencoba untuk tetap tenang. Apapun itu, Anda dapat mengatakan, "Mari kita lihat jalan keluarnya." Itu adalah salah satu cara untuk mendekati anak Anda dan mengubah persepsi hubungan antara Anda dan dia.

5. Membatasi peluangnya. Jika Anda khawatir anak akan melakukan sesuatu yang merugikan, salah satu yang dapat Anda lakukan adalah membatasi peluang anak untuk melakukan hal-hal tersebut. Misalnya, si ABG Anda senang mengendarai mobil dengan ceroboh. Ia tidak mau menuruti aturan Anda untuk mengemudi dengan aman. Maka yang bisa Anda lakukan adalah menyita mobilnya. Itulah yang terjadi ketika Anda membatasi peluang anak untuk membawa mobil. Membatasi peluang adalah salah satu cara paling sederhana untuk membentuk perilaku anak. Anda bisa mengembalikan mobil tersebut ketika ia sudah bisa menunjukkan perubahan perilakunya.

6. Jangan mengharapkan empati anak. Meminta empati bukanlah pendekatan yang dapat meyakinkan anak Anda, terutama bagi anak-anak remaja yang cenderung kurang berempati pada orang lain. Untuk mengubah sesuatu, Anda harus menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari perilaku anak Anda. Jika ingin anak Anda berhenti berbohong, Anda harus dapat melakukan suatu cara agar anak menyadari akibat dari kebohongan yang dilakukannya. Dengan begini, Anda tidak perlu bergantung pada empati anak Anda.

7. Tetapkan batas dan beri konsekuensi. Salah satu hal yang penting dalam mengasuh anak adalah menetapkan batasan pada mereka. Anda memang tidak dapat mengatur anak untuk melakukan sesuatu sesuai harapan Anda. Namun, Anda dapat mengarahkan anak untuk melakukannya. Misalnya, Anda meminta anak untuk masuk ke kamar dan tidur. Tetapi, anak tidak mau tidur. Maka, Anda bisa mengajaknya masuk ke kamar, dan membuatnya mengantuk. Anda bisa mengombinasikan konsekuensi dan motivasi agar anak pun bisa mengantuk. Katakan, "Kalau tidak cepat tidur, besok bisa bangun kesiangan." Lalu, padamkan lampu kamarnya, dan matikan televisi atau radionya. Inilah yang akan membantunya untuk mengantuk.

Ingat, konsekuensi adalah alat untuk mencapai tujuan. Konsekuensi yang "efektif" adalah ketika anak mulai merespons, meskipun hanya sesaat. Dengan demikian, Anda tidak perlu menggunakan hukuman yang lebih besar.

Jadi, apakah sekarang Anda mengetahui bagaimana cara untuk mengubah gaya pengasuhan Anda?

Sabtu, 14 Agustus 2010

Pahami Anak dari Golongan Darahnya

Selasa, 10/8/2010

KOMPAS.com - Keunikan adalah salah satu sifat dasar kita. Salah satunya terlihat dari golongan darah. Dr Peter J. D'Adamo, ahli naturopati Amerika Serikat yang mempopulerkan diet golongan darah, mengatakan bahwa golongan darah kita menunjukkan kesamaan kita. Bahkan, dalam bukunya yang berjudul Live Right for Your Type (Bhuana Ilmu Populer, 2008), D'Adamo mendedikasikan satu bab khusus membahas tentang golongan darah dan kepribadian seseorang.

D'Adamo bukan orang pertama yang mempercayai hal itu. Pada tahun 1970-an, Masahiko Nomi menulis What Blood Types Reveal about Compatibility yang sukses di Jepang hingga sekarang. Ia meneliti 10.000 responden untuk membuktikan pendapatnya bahwa setiap golongan darah memiliki pembawaan tertentu. Ketika meninggal pada tahun 1981, anak laki-lakinya, Toshitaka Nomi, meneruskan penelitiannya. Hasilnya adalah pengetahuan mengenai karakter dasar anak-anak.

Sampai sekarang, teori ini masih menuai banyak kritik. Toge Aprilianto, psikolog, berpendapat, "Pembagian karakter anak berdasarkan golongan darah boleh saja dijadikan pengetahuan untuk membantu orangtua, tetapi sebaiknya jangan dijadikan acuan utama."

Sifat seseorang dipengaruhi oleh banyak hal. Bahkan sejak masih berada dalam kandungan. Kita perlu melihat keunikan anak-anak satu per satu, demikian saran psikolog khusus anak dari Surabaya ini. Seperti apa karakterisasi kepribadian menurut golongan darah?

Golongan darah O
Ciri khas golongan darah O adalah berapi-api. Tak heran, ia sering disebut pencipta gairah. Si golongan darah O juga cenderung melakukan sesuatu tanpa bertanya. Misalnya, Anda memintanya membeli cat tembok. Anak O tidak merasa perlu tahu mengapa orangtuanya perlu cat atau bagian rumah mana yang akan dicat.

Anak O juga memiliki sejuta alasan untuk sejuta keadaan. Itu sebabnya, mereka terkenal pandai menutupi segala sesuatu agar keadaan tetap terkontrol. Namun, kalau sudah tidak tahan, ia akan "kabur", sulit diajak kompromi. Sifatnya yang sangat menonjol adalah murah hati. Mudah menghakimi, namun mudah juga memaafkan. Kadang keras kepala, kadang sangat fleksibel terhadap pendapat orang lain. Memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan senang risiko.

Saran pola asuh: Anak O sebaiknya tidak diperintah-perintah. Orangtua cukup memberitahu apa yang diinginkan. Kalau perlu dengan penjelasan, tapi usahakan singkat tanpa berkesan menekan. Sesudahnya, biarkan dia memikirkan sendiri apa yang harus dilakukannya. Ketika sedang mengambek, beri waktu sebanyak-banyaknya agar ia bisa pulih. Ingat, O terbiasa menahan stres hingga batas paling akhir. Sehingga, ketika marah atau sedih, ia sulit untuk melupakannya.

Golongan darah B
Golongan darah ini punya sifat kreatif. Anak B juga cenderung penasaran dan memiliki minat terhadap banyak hal. Hal ini diimbangi dengan kemampuannya melakukan beberapa pekerjaan sekaligus. Suka mencoba-coba ini dan itu, sebelum menentukan apa yang benar-benar disukainya.

Anak B tidak takut terhadap segala macam aturan. Ia easy going, dan sangat menikmati hidup. Meski kadang tindakannya mengejutkan banyak orang, B tetap santai dan tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain. Jika merasa ditekan, ia akan "menggigit" balik. Kalau merasa diremehkan, ia akan membuktikan bahwa ia bisa mendapat perhatian.

Saran pola asuh: Terhadap anak B, orangtua sebaiknya memberi penjelasan terlebih dahulu sebelum memintanya melakukan apapun. Biarkan anak mencoba minatnya yang luas, sambil diarahkan sedikit-sedikit ke arah bakat yang sebenarnya. Tak perlu panik jika akhirnya anak memilih berenang, berkuda, dan musik sekaligus. Memang begitulah karakter golongan darah B. Ia adalah si Multitasking.

Golongan darah A
Tipe yang paling penurut. Takut terhadap risiko, tetapi sangat detail dalam mengerjakan sesuatu. Melanggar aturan, tidak ada dalam kamus si A. Dia juga mudah dipimpin dan diarahkan.

Anak A sangat terorganisasi dan berhati-hati. Karenanya ia bisa dipercaya mengerjakan pekerjaan yang menuntut ketelitian. Serius, kalem, dan berkepala dingin. Golongan darah A juga sangat tertutup. Ia tidak suka memiliki terlalu banyak sahabat. Sedikit sekali orang yang bisa dipercaya olehnya.

Saran pola asuh: Jika orangtua ingin anak A jadi lebih pemberani, berilah "jaminan keselamatan" ekstra padanya. Beri penjelasan tentang apa saja secara mendetail padanya. Ia akan percaya apa yang Anda katakan memang benar, dan tidak mencelakakannya. Poin terakhir ini sangat dibutuhkan oleh anak A.

Golongan darah AB
Kaum yang satu ini sangat unik. Cara pikirnya cenderung tidak umum. Religius, sentimental. Semuanya dipikirkan dengan sangat dalam. Golongan darah AB adalah gabungan dari golongan darah A dan B. Itu sebabnya, anak bergolongan darah AB seperti berkepribadian ganda. Sedikit bersifat A dan sedikit bersifat B.

Anak AB suka berteman, tapi terkadang lebih suka menyendiri. Agak sulit menggambarkan karakter golongan darah AB. Kata yang tepat untuknya adalah sulit untuk dimengerti.

Saran pola asuh: Sebaiknya orangtua proaktif bertanya jika tidak mengerti atau khawatir akan tindakan si AB. Jangan langsung menghakimi. Pelan-pelan amati tingkah laku dan kemauannya, baru kemudian diarahkan dan diberi pengertian.

Meski Bekerja, Ibu Tetap Berperan Mengasuh Anak

Selasa, 10/8/2010

KOMPAS.com - Pilihan Anda dan pasangan untuk tetap bekerja seringkali mengharuskan Anda menitipkan buah hati kepada orang lain. Namun, sesibuk apapun, mengasuh dan mendidik anak tetap menjadi peran utama dari orangtua, terutama ibu. Jadi jangan lantas menyerahkan semua peran pengasuhan kepada pengasuh atau pekerja rumah tangga (PRT).

Prinsip inilah yang diterapkan presenter, Shahnaz Haque dan penyanyi, Anggun. Meskipun sibuk bekerja, kedua figur ternama ini tidak lantas menyerahkan semua peran pengasuhan kepada orang lain, termasuk pengasuh/PRT.

Anggun, saat ditemui usai peluncuran produk perawatan rambut, bergegas pulang karena pukul 21.00 Kirana Cipta Montana Sasmi, puterinya, sudah waktunya tidur.

"Aku ingin sudah ada di sampingnya sebelum anakku tidur," katanya selintas saat bergegas meninggalkan lokasi acara. Sebelumnya, Anggun sempat berbagi pengalaman. Perempuan yang khas dengan rambut panjangnya ini, mengaku memiliki pengasuh bayi, namun tugasnya bukan mengasuh namun menjaga saat ia pergi meninggalkan Kirana untuk bekerja.

"Nanny tugasnya menjaga, bukan mengasuh," katanya tegas.

Ditemui di kegiatan berbeda, Shahnaz mengaku memiliki pengasuh yang juga melakukan pekerjaan rumah tangga. Artinya, pengasuh yang juga PRT, bertugas memastikan rumah dan anak aman selama ditinggal orangtua bekerja.

"Pengasuh di rumah tugasnya lebih kepada menyaksikan, menjaga, mengawasi semua berjalan baik, dan apakah anak aman," katanya kepada Kompas Female, usai peluncuran rumah parenting untuk konsultasi orangtua di Jakarta beberapa waktu lalu.

Shahnaz pernah mengalami persoalan yang seringkali dialami ibu bekerja, yaitu pergi ke kantor dan meninggalkan anak dengan rasa bersalah. Dengan berkonsultasi kepada pakarnya, ibu tiga puteri ini menemukan formula ampuh. Apalagi pasangan drummer Gilang Ramadhan ini memang sudah mengajarkan anak tumbuh mandiri sejak dini.

"Saya menyiapkan bekal untuk dibawa anak ke sekolah. Caranya buatlah note atau teka teki, surat cinta sisipkan di atas bekal anak. Simpan catatan kecil ini dan berikan kepada anak saat dewasa, ini sangat membangun ikatan ibu dan anak," tuturnya.

Melalui cara ini, ibu dapat membangun komunikasi, ikatan emosi dengan keterbukaan tanpa ada yang disembunyikan, dan selain itu melatih korespondensi. Anak juga akan menyimpan kenangan ini dalam memorinya. Dengan menuliskan tanggal di catatan kecil tersebut, lalu membacanya kembali saat dewasa dan saat anak menikah, akan menciptakan hubungan berharga ibu dan anak kelak. Jadi, meski Anda bekerja dan tak bisa meluangkan waktu bersama beberapa jam, kedekatan emosi antara anak dan orangtua tetap terjaga baik.

Melatih anak mandiri agar tak bergantung pada nanny
Kemandirian anak, kata Shahnaz, perlu dibangun sedini mungkin. Kebiasaan mengenakan baju sendiri, memakai sepatu, makan tanpa disuapi pengasuh, telah diajarkan Shahnaz sejak ketiga puterinya masih kecil. Kini, saat ketiganya sudah memasuki usia sekolah, kemandirian yang sudah terbangun sejak usia empat tahun itu mengurangi ketergantungan terhadap orang lain, termasuk pengasuh.

"Saya tidak memiliki satu nanny untuk setiap anak," candanya.

Melatih kemandirian anak merupakan bagian dari peran pengasuhan ibu. Karakter anak mandiri perlu dibangun dan diajarkan oleh ibu atau ayah, bukan orang lain. Untuk menciptakan karakter anak mandiri, orangtua tak perlu merisaukan banyak hal, seperti meja makan berantakan.

"Tak perlu risau saat sayur menjadi 'shampo', meja makan berantakan, saat anak sedang belajar melakukan semua sendiri," Shahnaz mencontohkan.

Untuk mengetahui apakah anak sudah mulai mandiri bisa dilihat dari tangisannya. Kata Shahnaz, indikasi anak mandiri atau bahagia, jika menangis tak perlu waktu lama. Anak-anak boleh menangis, namun anak mandiri akan cepat diam dan tak lama menangis yang sifatnya menarik perhatian. Anak menangis karena memang sakit karena terjatuh, misalnya, bukan berusaha menarik perhatian orangtuanya dengan cara berlebihan.

Menyenangkan memiliki anak yang tumbuh sehat dan bahagia bukan? Kemandirian menjadi tolok ukurnya sehingga Anda dan pasangan tak lagi risau meninggalkannya bersama pengasuh.

Keuntungan Belajar Bermain Balok untuk Si Batita

Jumat, 13/8/2010

KOMPAS.com
Permainan balok bisa membantu merangsang kecerdasan intelektual anak. Menurut Lara Fridani S.Psi, M.Psych, dosen pendidikan anak usia dini di (PAUD) di Universitas Negeri Jakarta menjelaskan, permainan susun balok sama halnya dengan permainan puzzle, karena sama-sama dalam permainan konstruktif. Dinamakan demikian, karena anak secara aktif membangun sesuatu menggunakan bahan/material yang sudah tersedia dengan pengetahuan yang dimilikinya. Anak menyusun serta merangkai balok-balok menjadi sebuah bangunan menara, gedung, rumah, jalan, dan sebagainya. Selain itu, permainan semacam ini menyimpan segudang manfaat. Apa sajakah?

* Belajar mengenai konsep
Dalam bermain susun balok, akan ditemukan beragam konsep, seperti warna, bentuk, ukuran, dan keseimbangan. Orangtua bisa mengenalkan konsep-konsep tersebut saat anak bermain susun balok.

* Belajar mengembangkan imajinasi
Untuk membangun sesuatu tentunya diperlukan kemampuan anak dalam berimajinasi. Imajinasi yang dituangkan dalam karya mengasah kreativitas anak dalam mencipta beragam bentuk.

* Melatih kesabaran
Dalam menyusun balok satu demi satu agar terbentuk bangunan seperti dalam imajinasinya, tentu anak memerlukan kesabaran. Berarti ia melatih dirinya sendiri untuk melakukan proses dari awal sampai akhir demi mencapai sesuatu. Ia berlatih untuk menyelesaikan pekerjaannya.

* Secara sosial anak belajar berbagi
Ketika bermain susun balok bersama teman, anak terlatih untuk berbagi. Misalnya, jika si teman kekurangan balok tertentu, anak diminta untuk mau membagi balok yang dibutuhkan. Perlahan tapi pasti, anak juga belajar untuk tidak saling berebut saat bermain.

* Mengembangkan rasa percaya diri anak
Ketika anak bermain susun balok dan bisa membuat bangunan, tentu anak akan merasa puas dan gembira. Pencapaian ini akan menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuannya.

Perlu Dampingan
Agar permainan ini terasa manfaatnya, Lara tak lupa mengingatkan, orangtua perlu mendampingi anak tetapi jangan mudah memberikan bantuan. Yang terpenting, lakukan hal-hal berikut agar si batita benar-benar terstimulasi:

* Sediakan material susun balok yang cukup untuk mendirikan bangunan yang akan dibuat anak.
* Sediakan waktu yang cukup. Jangan terburu-buru dan membatasi waktu.
* Selama bermain, gunakan kosakata seputar dunia konstruksi untuk menambah pengetahuan dan kosakata anak.
* Berikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan temannya dengan bermain susun balok bersama.
* Amati perkembangan anak dalam bermain susun balok. Dari bentuk sederhana (menumpuk balok dari bawah ke atas), anak akan mengembangkan kemampuan menyusun model yang lebih kompleks.
* Pastikan bentuk serta ukuran baloknya sesuai dengan usia anak. Di usia batita awal pilih balok berukuran besar agar mudah dipegang dan disusun. Jumlahnya tak perlu banyak. Mulailah dengan 3-4 balok.
* Awasi anak saat bermain dengan balok. Jangan sampai balok tersebut dilemparkan atau digunakan untuk memukul anak lain ketika dirinya kesal.
* Jangan mengintervensi anak dengan berbagai pengarahan ataupun perintah selama anak membuat suatu konstruksi.
* Beri anak kesempatan untuk mengerjakan sendiri dan memutuskan sendiri apa yang akan dibuatnya.
* Jangan lupa memberi pujian atas hasil karya anak apa pun bentuknya.

Menyusui Saat Puasa Perlu Kedisiplinan

Kamis, 12/8/2010

KOMPAS.com
Ibu menyusui boleh saja berpuasa. Dengan catatan, kondisi ibu dan bayi dalam keadaan sehat, tidak memiliki keluhan seperti kekurangan gizi, produksi ASI berkurang, sakit, maupun hal lain yang mengganggu kesehatan ibu dan bayi. Sebaiknya ibu menyusui menjalankan puasa saat usia bayi di atas enam bulan.

"Berpuasa bagi ibu menyusui sangat mungkin dilakukan," kata Farahdiba Tenrilemba Jafar, Sekretaris Jendral Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), kepada Kompas Female.

AIMI menjelaskan, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Artinya, jika usia bayi di bawah enam bulan, saat bayi dalam tahap mendapatkan ASI eksklusif, dan belum memperoleh makanan tambahan selain ASI, dianjurkan ibu tidak berpuasa.

Selama berpuasa, ibu menyusui perlu lebih disiplin mengatur pola makan dan memastikan asupan makanan yang mengandung gizi yang seimbang. Dengan begitu, produksi ASI lancar dan berkualitas.

Disiplin makan tiga kali sehari
Ibu menyusui memerlukan tambahan kalori, sekitar 700 kalori perhari. Sebanyak 500 kalori diambil dari makanan ibu, dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu. Jadi, pastikan tetap makan tiga kali sehari yakni pada saat sahur, ketika berbuka puasa, dan menjelang tidur sesudah shalat tarawih.

Asupan gizi seimbang
Disiplin tak hanya masalah waktu makan, tetapi juga memastikan asupan gizinya seimbang. Komposisinya, 50 persen karbohidrat, 30 persen protein, dan 10-20 persen lemak. Komposisi makanan dengan gizi berimbang akan menghasilkan sari makanan yang bagus untuk anak.

Memperbanyak konsumsi cairan
Minum air putih sebanyak dua liter sehari perlu diusahakan. Jadi, perbanyak minum air putih mulai saat berbuka hingga sahur dan menjelang imsak. Tambah asupan cairan dengan mengonsumsi jus buah, teh manis hangat, dan susu.

Minum segelas susu setiap sahur bisa mengurangi ancaman anemia (berkurangnya kadar hemoglobin/Hb dalam darah), bagi ibu hamil dan menyusui.

Untuk merangsang kelancaran ASI, minumlah minuman hangat saat berbuka puasa.

Cobalah rileks dan curi waktu istirahat
Badan lemas saat berpuasa adalah normal, apalagi bagi ibu menyusui. Ibu menyusui perlu memanfaatkan waktu jika tubuh mulai terasa lemas dan lelah. Cobalah istirahat dengan tidur atau sekadar merebahkan tubuh dan rileks untuk menenangkan pikiran.

ASI lancar karena ibu rajin menyusui atau memerahnya
Prinsipnya, semakin sering payudara dihisap oleh bayi, maka produksi ASI akan semakin banyak. Jika Anda memilih menyusui dan rajin melakukannya saat puasa, ASI akan tetap lancar.

Begitupun dengan ibu bekerja. Kegiatan memerah ASI sebaiknya dilakukan seperti biasa. Menyusui merujuk pada prinsip demand and supply. Artinya, semakin banyak ASI dikeluarkan maka semakin banyak ASI yang akan diproduksi.

Justru, jika ibu menyusui yang biasa memerah menghentikan kegiatan memerahnya selama bulan puasa, maka ASI yang diproduksi dapat berkurang. Berkurangnya produksi ASI bukan disebabkan oleh kegiatan berpuasa tetapi karena mengurangi kegiatan memerah.

Berpuasa wajib bagi ibu hamil dan menyusui, namun ada kelonggaran
AIMI menuliskan, puasa Ramadhan hukumnya tetap wajib bagi ibu hamil dan menyusui. Namun terdapat kelonggaran bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa di bulan Ramadhan, dan menggantinya dengan berpuasa di lain waktu atau membayar fidyah atau memberi makan orang fakir miskin. Kelonggaran ini didasarkan pada kondisi ibu dan bayi, yang tidak memungkinkan baginya untuk tetap menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Keputusan berpuasa bagi ibu menyusui kembali kepada motivasi dan niat, serta tentu saja melihat kondisi kesehatan ibu dan bayi.

4 Trik Koreksi Kekurangan Wajah

Sabtu, 14/8/2010 | 11:38 WIB

KOMPAS.com

Untuk mata yang turun, gunakan eyeliner untuk memuat garis sudut mata meruncing ke atas dan beri eyeshadow warna terang. Setiap wanita punya cara sendiri dalam merawat kulit dan menjaga penampilan. Mulai dari melakukan perawatan sendir di rumah, memakai jasa salon, atau sesekali bertandang ke pakar kecantikan. Tujuannya? Agar kita bisa mendapat saran tepat untuk melakukan perawatan secara cermat. Selain itu, kita juga perlu menambah wawasan seputar perawatan kecantikan. Kita bisa mendapatkannya dari berbagai buku yang ditulis para pakar kecantikan. Tak hanya menarik, panduan di dalamnya juga mudah diaplikasikan bagi penampilan kita sehari-hari.

Menyamarkan jerawat membandel dan noda di wajah
Pilihan tepat: Concealer. Aplikasikan concealer yang teksturnya tak terlalu berminyak. Tekstur seperti ini bisa menempel sempurna, tahan lama, dan tak membuat kondisi jerawat jadi lebih parah. Begitu menurut Robert Jones, penata rias dari Dallas dalam bukunya, Looking Younger.

Menyamarkan dagu berlipat
Pilihan tepat: Bubuk bronzer. Sapukan di bawah tulang pipi dan sekitar rahang untuk mempertegas bentuk rahang dan menghilangkan kesan pipi yang penuh. Sebaiknya pilih produk yang berjenis matte ketimbang shimmer. Jenis shimmer hanya akan membuat lipatan dagu semakin jelas terlihat. Pilih pula bubuk bronzer yang warnanya terdiri atas padu padan warna yang lebih gelap daripada warna dasar kulit kita.

Koreksi bentuk mata
Pilihan tepat: Eye shadow. Dalam bukunya, Maximize Your Beauty, Dr Martha Tilaar membagi beberapa rekomendasi riasan untuk beragam bentuk mata.

* Mata bulat. Ciptakan sudut mata meruncing ke arah luar mendatar dengan memakai eyeliner. Kemudian, pulas eyeshadow warna terang pada kelopak mata hingga pangkal alis.
* Mata sipit. Beri eyeshadow warna gelap atau matte pada kelopak mata. Buatlah sudut mata dengan eyeliner, membulat hingga menyambung pada garis sudut bawah mata. Baurkan eyeshadow warna terang di sekitar pangkal alis.
* Mata turun. Gunakan eyeliner untuk memuat garis sudut mata meruncing ke atas dengan memotong sudut mata yang turun. Beri eyeshadow warna terang. Baurkan eyeshadow warna gelap ke arah luar. Buang ujung alis yang menurun, dan buatlah ujung alis baru ke arah atas.

Tampil segar dan muda
Pilihan tepat: Bronzer dan blush on. Wajah akan tampak segar jika aplikasi keduanya dipadupadankan. Pilihlah bronzer dengan dua paduan warna yang lebih gelap dari warna dasar kulit.
Caranya: Mulailah dengan menyapukan bronzer dari bawah tulang pipi ke arah belakang dekat dengan telinga. Lalu, sapukan lagi ke depan. Di atas pulasan bronzer, aplikasikan tipis-tipis blush on. Jones menyarankan, pilihlah blush on warna peach untuk warna kulit kuning langsat, sementara untuk kulit yang warnanya lebih gelap, pilih blush on warna koral atau warna agak terang.

Senin, 02 Agustus 2010

Merawat Kulit Sesuai Tipenya di Musim Tak Terduga

Jumat, 30/7/2010

Selelah apa pun, bersihkan wajah sebelum tidur agar make tidak menyumbat menjadi jerawat dan komedo. Perubahan iklim membuat cuaca tidak mudah ditebak. Kadang panas terik, kadang hujan, kadang berangin kencang. Kulit, sebagai perlindungan pertama tubuh harus mengikuti perubahan ini. Rawat kulit Anda sebaik mungkin sesuai dengan kondisi dan tipenya agar ia bisa terus menjaga Anda.

Berikut adalah 6 tips menjaga kulit secara general:
1. Cara terbaik yang bisa Anda lakukan setiap hari adalah dengan mengenakan tabir surya setiap hari. Anda bisa menggunakan pelembap yang sudah mengandung tabir surya. Pada hari-hari yang panas, lapisan teratas kulit Anda akan butuh lubrikasi ekstra. Kulit juga butuh nutrisi, vitamin, dan antioksidan, jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan ini.

2. Cukupi kebutuhan tubuh akan hidrasi. Jangan lupa untuk minum air secukupnya. Bisa pula penuhi kebutuhan hidrasi tubuh lewat buah-buahan dan salad sambil menyehatkan sistem pencernaan Anda.

3. Kebersihan adalah hal yang penting untuk kulit wajah jenis apa pun. Pastikan Anda membersihkan wajah setiap pagi dan malam hari sebelum tidur. Ini penting untuk mengusir toksin yang sempat menempel pada kulit wajah Anda. Cari pembersih yang lembut pada wajah, yang memiliki kandungan asam AH dan BH atau produk berbahan dasar pepaya. Enzim papain pada pepaya mampu mengangkat sel kulit mati dan mendorong pertumbuhan kulit baru.

4. Oleskan lip balm yang memiliki kandungan pelembap sekaligus tabir surya minimal 15 SPF. Hindari lip balm yang tak memiliki kandungan tabir surya, karena gloss yang ada di dalamnya bisa menarik sinar UV yang berbahaya pada bibir.

5. Eksfoliasi adalah aktivitas yang cukup penting bagi kulit. Setidaknya lakukan eksfoliasi kulit 3 kali seminggu untuk mengangkat sel kulit mati yang bisa saja menutup pori-pori.

6. Gunakan toner setelah membersihkan kulit. Toner membantu mengembalikan keseimbangan pH pada kulit Anda, yang akan membantu melawan pertumbuhan bakteri pada kulit wajah.

Kulit Berminyak
Bawalah selalu kertas pengangkat minyak setiap hari. Cari produk-produk kecantikan dengan BHA untuk menjaga pori-pori tetap bersih. Seminggu sekali, coba lakukan masker. Di malam hari, usai dibersihkan, gunakan pelembap bebas minyak untuk menenangkan kulit dan tetap memberi hidrasi selama Anda tidur. Cari produk yang bebas dari alkohol untuk mencegah kulit kekeringan akibat efek alkohol.

Kulit Kering
Pastikan Anda tetap melembapkan kulit setiap hari, khususnya usai mandi. Pelembap Anda sebaiknya dibiarkan dulu meresap sebelum ditimpa dengan riasan apa pun. Lakukan rutinitas ini dua kali sehari. Pastikan Anda menghindari pelembap buatan karena taka akn membantu kulit Anda. Cari scrub atau pembersih yang mengandung AHA, untuk mengangkat kulit mati. Cari toner yang lembut pada kulit, seperti air mawar. Ketika kulit mati sudah terangkat, pelembap akan lebih mudah masuk ke dalam kulit. Gunakan masker yang memberi hidrasi setidaknya seminggu sekali.

Kulit Normal
Jika Anda memiliki kulit normal, Anda beruntung! Anda ingin menjaga kulit tetap terjaga dan selalu lembap. Carilah pembersih wajah dengan AHA atau BHA dan bersihkan wajah dua kali sehari. Gunakan pelembap ringan setiap hari selama musim panas untuk membiarkan kulit tetap bernapas.(kompas.com)

Pelukan Bisa Membebaskan Anak dari Depresi

Selasa, 27/7/2010
Sentuhan tak hanya menekan stres tapi juga membebaskan anak dari depresi.Kita semua pasti pernah memasuki usia akil baliq. Usia yang paling fluktuatif di sepanjang perjalanan manusia. Di usia ini, semuanya seolah menumpuk jadi satu. Mulai dari berprestasi di sekolah, pencarian jati diri, hingga keinginan untuk memiliki banyak teman. Tak jarang semua ini membuat anak remaja masuk ke dalam kegamangan hingga depresi.

Tanda-tanda depresi pada anak adalah, kurang nafsu makan, sering melamun, mengurung diri, hingga emosinya mudah sekali tersulut. Sebagai orangtua, situasi ini pasti akan membuat kita panik dan kebingungan mau melakukan apa agar anak kembali ceria.

University of Bologna di Itali, menyarankan kita untuk memberikan pelukan pada anak yang sedang mengalami masalah dan depresi. Sebab berdasarkan penelitian yang mereka lakukan selama 1 tahun, pelukan lebih efektif ketimbang obat-obat antidepresi. Ini terlihat pada anak-anak yang mengalami depresi dan diberikan obat antidepresan, ternyata mereka memiliki kecenderungan untuk kembali depresi.

Hal berbeda terjadi pada anak yang didampingi orangtuanya untuk melalui periode depresi. Bahkan hanya dengan pelukan hangat dari kedua orangtuanya, anak yang mengalami depresi bisa lebih percaya diri untuk menyelesaikan masalah.

Ada dua hal yang disarankan universitas yang ada di Itali ini kepada kita. Pertama, ketika anak mulai mengalami perubahan sikap, cobalah untuk berbicara sebagai teman baiknya agar mereka bisa lebih terbuka menceritakan segalanya. Kedua, jangan lupa berikan pelukan hangat bagi anak-anak, karena ternyata sentuhan ini tak hanya menekan stres tapi juga membebaskan mereka dari depresi.(Kompas.com)

Pilih Anak Pintar atau Anak Baik?

Kekerasan bisa merusak karakter positif pada anak.

Bila diminta memilih, apakah ingin memiliki anak yang pintar atau yang baik, tentu Anda akan memilih dua-duanya. Pintar, dalam arti menguasai pelajaran di sekolah atau ketrampilan tertentu dengan baik. Sedangkan baik, bisa dimaknai sebagai karakter yang positif, seperti sifat yang sopan, tidak mudah putus asa, jujur, rendah hati, teguh dalam mewujudkan impian, dan lain sebagainya.

Namun, seringkali yang terjadi anak hanya memiliki salah satu ciri tersebut. Tak sedikit orangtua yang lebih mementingkan anak menjadi pintar, dan menomorduakan karakter yang positif. Mengapa karakter yang positif perlu dimiliki, tak lain karena dasar-dasar karakter yang positif ini yang akan membuatnya mampu bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.

Karakter positif yang dimiliki seorang individu memiliki energi positif yang pengaruhnya akan mampu menyebar ke lingkungan sekitar, dan menarik terbangunnya karakter positif pula bagi individu-individu yang lain. Terbangunnya karakter positif ini jelas merupakan proses yang panjang. Orangtua tidak bisa membebankan pembangunan karakter ini pada sekolah saja. Character building terutama harus diupayakan melalui suatu pola asuh yang tepat dari orangtua.

Sayangnya, kesibukan orangtua masa kini kerap membuat mereka "lupa" menjalankan tugas untuk membentuk anak dengan karakter positif. "Contohnya, kalau anak banyak nanya, orangtua langsung bilang, 'Bandel kamu!' Itu kan bukan bandel, anak hanya bersikap kreatif," kata Kak Seto, saat seminar "Membentuk Anak Berkarakter Positif dengan Pola Asuh Tepat", dalam Smart Parents Conference 2010 di Jakarta Convention Center, Sabtu (31/7/2010).

Saat kelelahan, wajar bila orangtua jadi cepat marah. Tetapi, tidak pada tempatnya bila kemarahan ini ditumpahkan pada anak. Sebab, kekerasan -meskipun hanya dalam bentuk verbal- akan merusak karakter positif anak.

Ketika anak sedang malas belajar, misalnya, orangtua tak perlu lantas menjadi panik berkepanjangan. Bagaimanapun juga, belajar adalah hak anak, bukan kewajiban. Menurut Kak Seto, hak bermain anak pun harus dipenuhi. Selain itu, jangan membanding-bandingkan anak dengan anak lain, entah itu dengan kakak-adiknya, atau dengan teman-temannya.

"Setiap anak itu unik, jadi tidak bisa dibandingkan dengan orang lain. Lebih baik, bandingkan dengan dirinya sendiri. Misalnya, 'Ayo, kan kemarin bisa, sekarang juga pasti bisa!'" tutur Chairman Mutiara Indonesia Foundation ini. Buat suasana belajar yang menyenangkan, agar anak senang belajar.

Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk menciptakan suasana mendidik yang menyenangkan bagi anak. Kak Seto menyarankan orangtua untuk bersikap lebih kreatif dalam mendidik anak. Metode pembentukan karakter, menurutnya, bisa muncul dalam bentuk apa saja: hiburan, permainan, pikiran yang positif, sulap, dan lain sebagainya.

Sifat kreatif juga bisa dipelajari. Saat seminar, Kak Seto membuat permainan mencipta lagu. Ia menuliskan empat baris kalimat, lalu menyanyikan dua baris pertama dengan nada yang diciptakannya sendiri. Ketika peserta seminar diminta melanjutkan dua baris kalimat terakhir dengan nada yang juga diciptakan sendiri, ternyata semua peserta bisa melakukannya. Artinya, semua orang ternyata bisa kreatif! (Kompas.com)

Mengajarkan Anak Lebih Mandiri

Mengajarkan Anak Lebih Mandiri
SHUTTERSTOCK
Bebaskan anak mengeksplorasi dirinya, orangtua mendampingi dan membantu tanpa berlebihan tetapi sesuai kebutuhan saja.

Senin, 2/8/2010

KOMPAS.com — Orangtua perlu secara bertahap melepaskan anak untuk membuatnya lebih mandiri dan tidak terlalu tergantung pada orangtua. Ayah dan ibu bisa memulainya dengan mengurangi menggendong anak walaupun cara ini memang memberikan rasa aman. Selanjutnya, anak bisa belajar mandiri sesuai tahapan usia.

Menurut dokter spesialis kesehatan jiwa, dr Erlina Sutjiadi, SpKJ, orangtua perlu mengetahui kapan masanya menggendong anak untuk memberikan rasa aman dan kapan sudah mulai melepaskannya secara bertahap. Ini hanya salah satu contoh saja memulai tahapan kemandirian anak.

"Anak yang baru lahir sangat bergantung kepada ibu dan ayahnya, dengan menggendongnya akan memberikan rasa aman. Namun jika usia empat tahun masih digendong, ini perilaku yang salah," jelas dr Erlina, saat talkshow bertema "Healthy Protection Inside & Out" dalam acara Mother & Baby Fair 2010 di Balai Kartini Jakarta, Minggu (1/8/2010) lalu.

Melepaskan anak agar tidak terlalu bergantung kepada orang lain untuk menumbuhkan kemandirian, dilakukan dalam beberapa tahapan sesuai perkembangan dan usia anak:

Masa membangun rasa percaya, usia 0-1,5 tahun
Bayi yang baru lahir sangat membutuhkan perhatian ayah ibunya, namun bukan berarti orangtua bebas menggendongnya 24 jam. Melatih kemandirian anak sebaiknya dimulai pada masa ini. Prinsipnya, saat bayi membutuhkan pastikan Anda ada di sampingnya, meskipun bukan berarti harus menggendongnya.

"Saat tidak nyaman, karena lapar atau popok basah, bayi membutuhkan perhatian. Ibu atau bapaknya bisa menggendongnya untuk memberikan rasa aman kepada bayi," jelas dr Erlina.

Begitupun saat bayi mulai belajar makan makanan padat setelah ASI eksklusif selama enam bulan. Mengajarkan anak untuk memulai kebiasaan baru perlu dilakukan dengan tahapan dan perlahan. Saat memberi makanan padat, misalnya, lakukan perlahan dan jangan dipaksakan. Mulai dengan mencicipi, berikan dengan membangun ikatan ibu dan anak, bukan sekadar mengejar target makanan habis termakan.

Pada masa ini anak akan belajar membangun rasa percaya, merasa diperhatikan, dan mengetahui orangtuanya akan selalu ada saat ia membutuhkannya. Semakin bertambahnya usia, tujuh bulan misalnya, anak memasuki masa individuasi, yakni belajar melepaskan ikatan ibu dan anak secara pelan-pelan. Anak mulai belajar berjalan, lebih mandiri, tidak lagi bergantung penuh dengan orang tuanya (dengan digendong, misalnya). Tradisi tedhak siten pada masyarakat Jawa memiliki makna yang sama dengan masa individuasi ini.

Otonomi diri, usia 1,5-3 tahun
Peran orangtua adalah mendampingi, namun berikan juga kesempatan anak untuk berekplorasi. Karena pada usia inilah rasa ingin tahu anak mulai tinggi. Meski begitu, memberikan kebebasan kepada anak bukan berarti tanpa aturan. Anak perlu diajarkan nilai baik dan buruk agar anak mengerti batasan dari kebebasannya bereksplorasi.

Saat makan, misalnya, ajarkan anak mandiri dengan menggunakan alat makan sendiri, jangan terus disuapi. Persoalannya, terkadang orangtua tak sabar dan inginnya anak cepat menghabiskan makanan atau tidak ingin tangan atau bajunya kotor. Padahal pada masa ini anak ingin menunjukkan dirinya. Jadi sebaiknya jangan berikan bantuan berlebihan. Sesuaikan dengan kebutuhannya saja.

Mengembangkan inisiatif, usia 3-5 tahun
Mengajarkan kemandirian perlu dilakukan sejak dini, bukan ketika anak sudah memasuki masa sekolah. Mulai usia tiga tahun, misalnya, anak sudah bisa diajarkan untuk mengenakan baju sendiri. Ajarkan juga untuk menyimpan baju kotor pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dengan demikian, anak belajar mendisiplinkan dirinya dan melakukan berbagai hal yang nantinya akan dilakukannya sendiri.

Dengan cara pembelajaran ini, anak juga mulai belajar berinisiatif melakukan tugasnya. Membersihkan kamar menjadi tahapan berikutnya saat sudah mulai bertambah usianya. Kebiasaan baik yang diajarkan sejak dini akan menumbuhkan karakter yang lebih mandiri di kemudian hari.

Menurut dr Erlina, tiga fase pertama inilah yang paling penting untuk pengembangan kepribadian anak. Dengan memiliki dasar yang kuat, anak mempunyai mental lebih kuat dan membangun kepercayaan diri dan kemandirian.

Dengan demikian, ketika memasuki tahapan produktif usia 6-12 tahun, anak sudah memiliki kebiasaan positif dan perilaku mandiri. Begitupun saat pembentukan identitasnya pada usia 12-18 tahun. Anak yang berkarakter mandiri dengan kepercayaan diri yang ditumbuhkan sejak lahir, akan mampu membangun identitas dirinya lebih positif.